16 [Third]

105 0 0
                                    

Sambil mewarnai design yang dimas gambar, dimas berfikir, hal apa yang harus dimas lakukan supaya dimas bisa mendapat tatapan yang rizal maksud.

"Udah sampai mana dim", bisik rumi yang sudah ada disamping dimas.

Dimas memutar tubuhnya, dan langsung menatap rumi dengan wajah terkejut.

"Kok cepet banget udah pulang, kamu tinggalin anggota lainnya di bosche", tanya dimas pada rumi.

"Cepet gimana, ini udah jam satu malam dim", jawab rumi.

Dimas langsung melihat jam di tangannya, dan benar saja, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Dimas hanya menutup matanya, karena dia telat menyusul maira.
Dimas kemudian mencari keberadaan rizal, dan ternyata rizal sudah tertidur di depan maketnya.

"Udah pada pulang semua", tanya dimas pada rumi yang mulai membuka laptopnya.

"Masih ada fais sama maya yang belum pulang", jawab rumi.

"Yang lainnya", tanya dimas dengan tatapan menyelidik.

"Lainnya siapa, maira", tanya rumi sambil melirik dimas.

"Maira sama kiki pulang sebelum jam sepuluh", ujar rumi lagi.

"Tumben, kok bisa", tanya dimas merasa senang karena maira hanya sebentar di bosche.

"Iya disusulin kakaknya, sama teman kakaknya, terus kiki sama maira ditarik telinganya untuk keluar dari bosche", jawab rumi sambil tertawa geli.

Rumi kemudian menceritakan gimana kacaunya situasi saat kakak maira berdiri dibelakang maira, nggak butuh waktu lama untuk kakak maira menarik telinga maira dan kiki untuk keluar dari bosche.

Menurut rumi, fian dan adit berusaha melepas tangan kakak maira dari telinga maira, tapi langsung di pelototin oleh kakak maira, sambil berkata dengan tegas, "Ini adikku".
Mendengar ucapan kakak maira, baik adit dan fian langsung ciut.

Dimas tertawa mendengar cerita dari rumi dan perasaan lega menyelimuti hati dimas.

Kantuk yang sebelumnya tidak dimas rasakan, mulai menyergap matanya, dimas kemudian membereskan mejanya, dan berjalan keluar dari studio untuk pulang ke kamar kosnya.
 

^_^

Hari selasa, saat dimas makan siang dengan maira, di salah satu rumah makan yang sudah beberapa kali dimas kunjungi dengan maira, yang terletak persis di perempatan menuju goeboek coffe, dimas menanyakan soal maira yang di jemput oleh kakaknya di bosche.

"Aduh, masih malu banget aku sampai sekarang kalau ingat", jawab maira.

"Kok dimas tau, padahalkan dimas nggak ikut", ujar maira lagi.

"Rumi cerita, emang kakak kamu nggak tau kamu suka pergi ke bosche", tanya dimas.

"Enggaklah, kalau tau bisa di jadiin sop aku kayak kemaren", jawab maira dengan nada kesal.

"Emang dimarahin gimana", tanya dimas.

"Ya gitu deh, kak alan ngoceh mulai dari makeupku, pakaian yang aku pakai, sampai bahayanya aku dateng ke club malem", jawab maira.

Dimas merasa lega dan senang, karena itu artinya, dalam waktu dekat, maira tidak akan pergi ke bosche lagi.
Sesuka apapun dimas pada maira, dimas masih berharap bahwa maira akan menjauhi club malam, dan mencari kegiatan lain di waktu luangnya.

Waktu bergulir hingga akhirnya dimas menyelesaikan ujian studionya, sayangnya dimas masih belum mendapat apa yang dia inginkan, untuk dia bisa mengambil langkah selanjutnya akan hubungannya dengan maira.

Dimas bahkan memberanikan diri menjemput maira di rumahnya, untuk pergi touring bersama.
Hanya saja sampai malam hari, meski dimas sudah menatap maira selama lima belas menit di teras rumah maira, tapi maira masih tidak membalas tatapannya.

After SunsetWhere stories live. Discover now