20 [Care]

103 0 0
                                    

Hubungan manis, sekaligus di warnai dengan sentuhan panas, sudah dimas jalani dengan maira selama hampir lima bulan.

Banyak yang mengatakan bahwa masa manis berpacaran hanya akan berjalan selama tiga bulan. Setelahnya akan mulai membosankan, tapi itu tidak berlaku untuk hubungan yang dimas miliki dengan maira.

Setelah tiga bulan, masa pacaran dimas dengan maira malah semakin naik level.
Bukan hanya untuk hati dimas yang semakin yakin, kalau dimas akan membawa maira kelak menjadi istrinya, tapi juga untuk willy.

"Jangan pernah nyerah sama aku ya", ujar dimas satu bulan yang lalu pada maira di plengkung gading, sambil mengecup kening maira.

"Iya", jawab maira saat itu.

Pertengkaran pertama yang dimas mulai dengan maira, berakhir dengan willy yang menumpahkan isinya. Willy bahagia, dan dimas semakin mencintai maira setiap harinya.
Pertengkaran kecil, perdebatan, tidak membuat hubungan mereka pudar, malah menjadi semakin kuat.

Dimas juga memberikan duplikat kunci kamarnya untuk maira, supaya maira bisa bebas kapan saja, keluar masuk kamar dimas, meski dimas sibuk di studio.

Rabu pukul delapan pagi, dimas yang baru saja pulang ke kos, setelah menginap semalam di kampus untuk persiapan tugas akhirnya, tidak bisa membuka pintu kamarnya. Ada kunci yang menggantung di handle pintu dalam kamar, dimas lalu mengetuk pintunya, dan maira yang membukanya dengan wajah pucat.

"Kamu kenapa sayang", tanya dimas dengan rasa khawatir.

Maira kembali ke dalam selimut, dan mengabaikan pertanyaan dimas. Dimas kemudian menutup pintu kamarnya, dan membuka tirai jendela supaya cahaya matahari bisa masuk ke dalam kamarnya.

"Silauu", teriak maira dengan lirih.

Mendengar suara lirih maira yang terdengar seperti kesakitan, dimas langsung kembali menutup tirai jendelanya.
Kamar kembali gelap gulita, dan secara pelan dimas berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci tangannya. Setelahnya dimas menyusul maira masuk ke dalam selimut.

"Kamu kenapa, kok tangan sama kaki kamu dingin banget", tanya dimas dengan lembut.

"Period", jawab maira dengan lemah.

"Apanya yang sakit", tanya dimas lagi.

"Semuanya", jawab maira.

"Mau di beliin obat nggak, atau mau di beliin apa buat ngurangin rasa sakitnya", tanya dimas lagi.

Maira tidak menjawab dimas, dan memilih untuk meraih tangan dimas dan meletakkannya di bagian perut bawah milik maira. Kelegaan terdengar dari nafas maira begitu maira meletakkan tangan dimas.

"Tolong sepuluh menit lagi beliin bubur kacang ijo, tadi aku udah ke sana, tapi kata masnya belum mateng, sama beliin kiranti yang rasa original ya", pinta maira dengan matanya yang tertutup.

"Iya", jawab dimas, kemudian dimas mengecup rambut maira.

"Dimas belum mandi ya pagi ini", tanya maira lagi.

"Belum, semalam nginep di studio, ini juga baru pulang, bau ya", ujar dimas pada maira.

"Iya, bau matahari sama bau sangit", jawab maira.

"Yaudah aku mandi dulu", ujar dimas sambil mulai beranjak dari tempat tidurnya.

"Jangan pergi", rengek maira.

"Yaudah iya", ujar dimas dengan sabar, dan kembali memeluk maira.

Saat mengelus rambut maira, dimas bisa merasakan rambut maira basah karena keringat, meski ac di kamarnya sudah sangat dingin.

After SunsetOù les histoires vivent. Découvrez maintenant