30 [Signature]

63 0 0
                                    

Dengan pakaian hitam putih khas anak magang, baik dimas, rumi dan rizal menjalankan pekerjaannya di kantor tata kota dengan baik.

Waktu istirahat selama satu jam, dimas gunakan untuk makan gado-gado di sekitar kantor dengan rizal.
Sisa waktu makan siang selama lima belas menit mereka gunakan untuk ngobrol di area taman kantor tata kota.

"Gimana hubunganmu sama maira", tanya rizal pada dimas yang sedang menegak sodanya.

"Lancar", jawab dimas.

"Kapan kamu akan kenalin aku sama maira", ujar rizal.

Dimas hanya tersenyum, dan mengingat kembali akan kali terakhir dia membawa maira bertemu temannya, bukanlah pengalaman yang menyenangkan untuk dimas.

"Nanti aku kenalin di pelaminan aja", ujar dimas sambil tersenyum.

"Kamu mau nikahin maira", tanya rizal dengan wajah terkejut.

"Iya", jawab dimas santai.

Melihat sikap dimas, rizal merasa bahwa dimas hanya asal bicara dan tidak perlu ditanggapi secara serius.

"Kamu sendiri gimana zal sama pacar kamu", tanya dimas pada rizal.

"Puas, menyenangkan, kalau dia mau ku nikahin ya aku nikahin, kalau nggak ya yang penting aku bisa bercocok tanam secara rutin", jawab rizal tanpa beban.

Rizal memang selalu sesumbar tentang hubungan seksual yang dia miliki dengan pacarnya, sementara bagi dimas, apa yang terjadi dengannya dan maira di balik pintu, adalah hal yang hanya ingin dimas bagi dengan maira.

Dimas ingin menjaga privasi yang dia miliki dengan maira, karena menurut dimas, sesumbar tentang intimacy yang dia miliki dengan maira, bisa membuat citra maira dan dirinya buruk di mata orang.

"Udah sampai tahap mana sama maira", tanya rizal dengan gamblang.

"Maira anak rumahan, punya jam malam juga zal, jadi yah kita nggak bisa jauh-jauh, bisa pelukan aja udah syukur", bohong dimas, dengan tetap terlihat acuh.

"Kalau aku, pacaran nggak ada bumbu penyedapnya nggak bisa dim", ujar rizal.

"Ada-ada aja pribahasamu zal", jawab dimas.

Rizal kemudian melihat jam di tangannya, dan mengajak dimas untuk bergegas kembali ke kantor tata kota.

Pak marto pembimbing dimas dan rekan-rekannya, sudah menunggu di ruangan, untuk memberikan informasi terbaru.

Masa magang dimas dan rekan-rekannya di tata kota adalah selama tiga bulan, dan mereka sudah menjalani selama satu bulan.

Menurut pak marto, dua bulan sisanya, anak magang hanya perlu hadir seminggu tiga kali, dari hari senin sampai rabu.

Dimas merasa lega karena artinya dia bisa punya lebih banyak waktu untuk mengerjakan tugas akhirnya.

Selesai dari tugas magangnya di tata kota, biasanya dimas selalu pulang tepat pukul lima sore.

Hal yang pertama dimas lakukan begitu sampai kamarnya adalah menelvon maira, memberinya kabar kalau dia sudah sampai kos.

"Sayang ada telvon masuk nih dari mami, aku angkat dulu ya", ujar dimas pada maira.

"Oke, aku juga masih ngerjain tugas, di tutup aja sayang", pinta maira.

Dimas langsung menjawab telvon maminya, setelah memberi kecupan tiga kali untuk maira.

"Iya mi", jawab dimas.

"Besok sabtu kalau kamu libur magang, jagain villa ya, pak mugi mau ada acara keluarga", pinta mami mita tanpa basa basi.

After SunsetWhere stories live. Discover now