4 [Summer]

271 0 0
                                    

Pintu Cafe yang terbuka membawa sosok laki-laki dengan wajah tampan, kulit putih dengan badan yang tingginya hampir sama dengan dimas.

"Ren", teriak dimas.

Rendra kemudian melepas kacamatanya dan membuka tangannya lebar-lebar.

"Apa kabar dim", tanya rendra sambil memeluk dimas.

"Baik", jawab dimas.

"Rendra", panggil helda sambil membuka pelukannya.

"Sofi mana", tanya dimas pada rendra yang masih ada di pelukan helda.

"Nganter kids ke omanya dulu", ujar rendra.

"Mas americano ya", pinta rendra pada bartender yang sibuk di counternya.

"Dim dokter alma titip salam buat kamu", ujar rendra.

"Kamu dari sana", tanya helda pada rendra.

"Iya biasa konsultasi", jawab rendra.

Dimas hanya menyesap cappuccino miliknya begitu mendengar dokter alma mencarinya. Memang dimas sudah membatalkan janji temu dengan dokter alma dua kali, jadi wajar jika dia khawatir.

Helda kemudian menatap dimas dengan tatapan khawatir, sementara rendra sibuk mengecek handphonenya.

Proses perceraian dimas yang buruk memang meninggalkan luka yang dalam, bukan hanya untuk dimas tapi juga untuk orang-orang di dekatnya.

"Dim aku kangen sama rasa percaya diri yang dulu kamu miliki saat SMA", ujar helda sambil tersenyum, berusaha menyembunyikan kekhawatiran di matanya.

Dimas hanya tersenyum, karena rasa percaya diri, sudah tidak menjadi bagian dari dirinya lagi. Tidak seperti dimas dua puluh tahun lalu, yang selalu penuh dengan rasa percaya diri, meskipun dihinggapi bercak keraguan untuk bisa meraih hati ratih, tapi semangatnya tak pernah padam.

Dua puluh tahun lalu dengan bekal informasi, strategi, serta saran dari helda, perlahan ratih mulai tertarik dengan dimas.
Sikap dingin yang helda sarankan, serta lebih sering ada di dekat rendra, berhasil menarik perhatian ratih.

"Kamu ngapain dim ikutan makan sama senior kamu", ujar alex pada dimas kala itu di kantin yang tidak biasa dimas datangi.

"Pengen nyoba aja, lagian kalian bentar lagi lulus, jadi aku buang waktu aku aja untuk kalian", jawab dimas dengan acuh.

"Aku udah lihat kamu dari preschool dimas, kamu masih berharap aku mau liat kamu lagi", ujar rendra pada dimas.

Dimas tidak menjawab rendra, karena melihat ratih memasuki kantin.

"Kamu pacarin semua cewek di sekolah, tapi kenapa kamu nggak pacarin ratih", tanya dimas pada rendra dengan tetap melihat ratih berjalan.

"Ratih mana", tanya rendra.

Dimas lalu menunjuk ratih yang sedang melihat ke arahnya.

"Bukan tipeku", jawab rendra setelah hanya sekilas melihat ratih.

Dimas kemudian tersenyum penuh kemenangan pada ratih, karena biasanya setelah ratih melihat dimas makan dengan rendra, atau jalan dengan rendra, ratih langsung mengirim pesan pada dimas untuk mengajaknya bertemu.

"Jangan ditanggepin, dia pasti mau ngomongin soal rendra", ujar helda saat dimas menunjukkan pesan dari ratih.

Dimas ingin berhasil seperti keberhasilan helda menaklukkan hati raka yang sangat menurut pada orangtuanya, jadi meskipun dimas sangat ingin membalas pesan dari ratih, dan menyetujui ajakan ratih, tapi dimas menahan diri sesuai anjuran suhu helda.

After SunsetWhere stories live. Discover now