4 || Keluarga Bagaskara

1K 95 12
                                    

Di bab ini kita hanya akan membahas Bagaskara dengan keluarganya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di bab ini kita hanya akan membahas Bagaskara dengan keluarganya.

"Halo om ganteng,"

Bagas berlari dari pintu rumah saat melihat pamannya yang duduk di sofa ruang tamu.

"Jangan lari-lari sayang, nanti jatuh."

Mendengar hal itu, Bagas langsung mengehentikan langkahnya sambil memasang wajah murung.

"Jangan panggil aku sayang paman, aku sudah besar," ujar satu pamannya yang baru saja masuk dengan nada meledek.

Sontak pamannya yang duduk di sofa itu tertawa lepas. Beliau memang sangat sulit menghilangkan kebiasannya yang memanggil Bagas dengan sebutan sayang seperti tadi, karena itu sudah ia lakukan sejak Bagas masih kecil.

"Maaf maaf, ini yang terakhir," ucapnya terkekeh pelan.

"Om udah ngomong begitu dari 2 tahun lalu," ketus Bagas menatap tajam pada pamannya itu.

Sedangkan pamannya yang duduk di sofa itu hanya cengengesan melihat ekspresi lucu dari wajah Bagas.

"Jangan di ketawain terus bang, kasian anak gue," ujar seseorang yang baru turun dari lantai dua.

"Ayah," rengek Bagas berlari memeluk orang itu.

"Tapi kamu emang keliatan masih kecil nak, unyu-unyu gitu," ucap orang itu sambil mengusap pucuk kepala Bagaskara.

"Udahlah, ayah sama aja."

Bagas melepaskan pelukannya, lalu duduk di sofa diikuti oleh orang yang disebutnya sebagai ayah tadi dan juga satu pamannya lagi.

_____

Yang pertama kali di sapa oleh Bagas tadi adalah paman Bagas dari almarhum ayahnya. Namanya Jay, Jayden Alvaro.

Sedangkan yang tadi muncul dari arah pintu adalah paman Bagas dari almarhum ibunya. Namanya Gara, Anggara Putra Sahdewa.

Lalu yang ia sebut sebagai ayah tadi, adalah ayah sambungnya. Namanya Bintang, Bintang Samudra.

_____

"Kalian kapan nikahnya sih? Dari kemarin ngomongnya nanti-nanti mulu, 'belum ketemu yang tepat'," ucap Bagas tiba-tiba, sambil meledek ketiga orang dewasa itu.

Sedangkan yang di tanya hanya bisa saling menatap sambil tersenyum kikuk.

"Emang tipe cewek kalian kayak apa?" tanya Bagas lagi. Ia cukup heran karena kedua pamannya dan juga ayahnya masih belum menemukan orang yang tepat seperti yang mereka katakan.

"Hustt, anak kecil gak boleh ikut campur urusan orang dewasa," ujar Anggara sambil geleng-geleng kepala.

"Bagas udah gede tau om," ketus Bagas.

Cerita Anggara 2; Semesta Di Bentala (TERBIT) ✓Where stories live. Discover now