6 || Sakit

1K 95 7
                                    

Jangan lupa spam komen dan bintang nya💕

♥︎ Happy reading ♥︎

Saat ini Arutala sudah berada di dalam kamar Asya. Ia juga sudah membersihkan badannya agar tidak terkena flu. Seandainya bukan Asya yang meminta, Arutala bahkan tidak perduli jika dirinya sampai sakit sekalipun.

"Makasih ya ka," ucap Arutala tersenyum pada Asya.

"Gak usah panggil 'Ka', gue setahun lebih muda dari lo." Asya balik tersenyum pada Arutala.

"Hah?" Arutala mengerutkan keningnya merasa heran.

"Karna gue kakak kelas lo, bukan berarti gue lebih tua," balas Asya.

"Gue masuk sekolah terlalu cepat kayaknya," sambungnya.

"Ternyata lo emang sepintar itu ya," ucap Arutala. Senyumannya seketika hambar saat ia mengingat kembali masa-masanya waktu SD dulu.

Arutala merindukan momen dimana guru dan teman sekolahnya selalu memujinya atas kepintarannya. Namun sayangnya itu semua hilang karena dirinya yang terlalu keras kepala. Tidak banyak yang Arutala mau, dia hanya mau orang tuanya menghargai setiap pencapaiannya.

"Lo gpp Ta?" tanya Asya tampak khawatir.

Arutala menggeleng pelan, "gue baik kok."

"Oh! Ya, lo udah lama tinggal disini?" tanya Arutala. Sebenarnya ia ingin menanyakan hal lain yaitu nama ayah Asya. Namun ia juga takut jika langsung ke intinya akan membuat Asya berpikiran yang tidak-tidak.

"Dari lahir," balas Asya singkat. Ia tertawa kecil mendengar pertanyaan Arutala. Ia menganggap pertanyaan itu hanya sekedar basa-basi dari Arutala untuk mencari obrolan.

"Ayok tidur," ujar Asya lalu beranjak mematikan lampu kamarnya.

Sedangkan Arutala hanya bisa menghela napas pasrah menuruti Asya, lagipula ini sudah terlalu larut. Ia mengurungkan niatnya untuk bertanya tentang nama ayah Asya.

Meski mengingat tentang Rama Semesta dan orang-orang terdekatnya dulu. Arutala tidak begitu mengingat dengan jelas seperti apa suasana kehidupannya dulu. Namun ia selalu merasa seakan mengenali jika berkunjung ke suatu tempat seperti saat ini. Ia merasa pernah datang ke rumah ini. Ia bahkan merasa pernah bertemu dengan ayah Asya sebelumnya.

"Lo belum tidur Ta," tanya Asya saat melihat mata Arutala yang masih terbuka.

"I-ini mau tidur kak. Ehh, Ca." Arutala memejamkan matanya berusaha untuk tidur.

****

Saat ini Bentala tengah duduk di balkon kamarnya sambil memeluk dirinya sendiri yang mulai kedinginan, karena di luar hujan begitu deras.

Air mata kian menetes dari pelupuk matanya dengan begitu deras, namun suaranya tak begitu terdengar karena terbendung dengan suara rintihan hujan.

Ini pertama kalinya Bentala menangis sejadi-jadinya, itupun karena tak sengaja menangis bersamaan dengan turunnya air hujan.

Bentala baru saja mendapat pukulan dari ayahnya, entah apalagi penyebabnya kali ini. Mata anak laki-laki remaja itu terlihat sangat sendu, seakan ada banyak luka disana.

"Kenapa gue harus dilahirkan kembali kalau nyatanya hidup gue juga tetap sesiksa ini," lirih laki-laki itu menangisi nasibnya.

Ia tidak menyesal karena terlahir kembali, tetapi ia sungguh menyesal karena terlahir di keluarga yang begitu toxic dan orang tua yang bertindak seenaknya pada anak sendiri.

Cerita Anggara 2; Semesta Di Bentala (TERBIT) ✓Where stories live. Discover now