24 || Ini lebih baik

982 93 57
                                    

~~Happy Reading~~

••••

Tiga minggu berlalu. Selama tiga minggu belakangan, hubungan Arutala dan Anggara semakin dekat, itu dikarenakan Anggara yang selalu siap membantu setiap kebutuhan Arutala. Membantu Arutala latihan jalan, sampai menemani gadis itu check up ke dokter.

Kini Arutala sudah bisa berjalan lagi seperti sebelumnya. Bukan senang, Arutala justru merasa sedih. Karena dengan begitu, ia tidak lagi punya alasan untuk bertemu dengan kakaknya, Anggara.

"Di sini ya nak?" tanya Anggara saat ia sudah tiba di depan rumah Arutala.

"Talaaa..." panggil Gara sekali lagi.

"Eh, i-iya om. Makasih om," ujarnya seraya menunduk sedikit.

"Stop ngomong makasih! Om tulus bantu kamu," ujar Anggara seraya mengacak lembut rambut Arutala.

"Kamu yakin nak?" tanya Gara sekali lagi, sejak tadi ia terus membujuk gadis itu agar tidak pulang kerumahnya.

Bahkan saat gadis itu sakit kemarin, tak sekalipun orang tuanya berusaha mencarinya. Itulah sebabnya Anggara sedikit khawatir jika gadis itu kembali ke rumahnya.

"Papa aku sebenarnya baik kok om. Aku juga masih punya impian, impian dimana semuanya menjadi baik-baik saja." Arutala berucap dengan mata berkaca-kaca.

Anggara menyentuh punggung anak gadis itu, lalu mengusapnya dengan lembut. "Tala yang sabar ya."

Arutala hanya mengangguk kecil, sambil berusaha mati-matian agar air matanya tidak tumpah.

"Kalo ada apa-apa kabarin om, ya!" pinta Anggara.

Lagi dan lagi Arutala hanya mengangguk patuh.

"Ini perintah, bukan permintaan!" tegas Anggara.

"Siap om, Tala ngerti," balas Arutala mengambangkan senyum di wajahnya.

"Kalo gitu Tala masuk dulu om," ucap Arutala berpamitan. Ia keluar dari mobil Anggara dan langsung masuk ke dalam rumahnya.

"Gue harap dia tetap aman," batin Anggara.

***

"Kamu sudah pulang nak," tegur Angga saat melihat putrinya baru saja masuk dari arah pintu.

Arutala hanya diam, ia menatap sekeliling. Tidak ada sang ibu di sana, hanya ada ayahnya.

"Kaki kamu juga udah sembuh ya," ujar Angga sekali lagi.

Arutala masih tak menjawab! Gadis itu kembali menatap sekeliling. Ia menghela napas lega saat tak menemukan barang-barang yang berantakan, seperti saat sebelumnya setiap kali ia pulang ke rumah.

"Mama, mana pa?" tanya Arutala.

Angga menggeleng pertanda ia tidak tahu. "Sejak kamu gak pulang ke rumah, mama kamu jadi semakin menjadi," ungkapnya.

Arutala memijat kepalanya yang terasa pening. Ia tahu betul apa yang ayahnya maksud baru saja. "Kenapa gak cerai aja pa!" ucapnya tampak emosi.


Kepala Angga menunduk, menatap lantai. "Papa gak mau kamu punya keluarga yang gak utuh," tuturnya.

"Pa!" Arutala kembali diam, ia sedang berusaha mengontrol emosinya sendiri.

"Papa gak mau Tala punya keluarga yang gak utuh? Tapi kenapa papa masih sering sebut Tala anak haram?" Air mata gadis itu kini tumpah tak terbendung.

Cerita Anggara 2; Semesta Di Bentala (TERBIT) ✓Where stories live. Discover now