10 || Setengah kebenaran

1K 110 12
                                    

Jangan lupa spam komen dan bintang nya💕

♥︎ Happy reading ♥︎


"Ayok Ca!"

Bagas menarik tangan Asya berniat menghampiri Bentala dan Arutala. Barangkali dia, Asya, Bentala, dan Arutala bisa menjadi teman baik. Pasti akan sangat menyenangkan, pikirnya.

Sedangkan Asya semakin merasa gugup saat Bagas menyentuh tangannya. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Bagas menyentuh tangannya. Namun karena Bagas mengungkapkan isi hatinya tadi, Asya menjadi salah tingkah sendiri dibuatnya. Sedangkan laki-laki itu tampak biasa saja.

"Tala!" sapa Bagas kegirangan sambil melambai pada keduanya.

Arutala dan Bentala yang sejak tadi menatap langit, langsung menoleh ke sumber suara.

"Bagas," ucap keduanya secara bersamaan.

"Kata Aca, kalian berdua saling suka ya?" tanya Bagas santai.

"Ssttt!" Asya mencubit pinggang Bagas, membuat sang empu memekik kesakitan.

"Agghhh! Sakit Ca," kesalnya pada Asya.

Sementara dua orang yang duduk di bangku itu langsung saling menatap.

"Gu-gue gak suka sama lo ya!" elak Bentala.

"Dih! Lo pikir gua suka sama lo!" balas Arutala memutar bola matanya malas.

"Jangan berantem terus. Kata om Aldo, berantem itu gak baik. Nanti salah satu dari kalian ada yang nyesel kalo salah satunya pergi lebih dulu," ujar Bagas serius.

"Kapan papa aku ngomong begitu?" tanya Asya mendongak menatap Bagas yang berdiri di sampingnya.

"Dulu waktu, ayah sama papa kamu cerita soal kema...."

"Papa? Aldo? Nama papa lo itu Aldo, Ca?" tanya Arutala yang tiba-tiba saja merasa degup jantungnya berdetak tak karuan.

Bagaimana jika ayahnya Asya adalah orang yang sama yang dikenalnya di masa lalu? Apa dia juga akan bertemu kembali dengan abangnya? Itulah yang Arutala pikirkan.

"Iya Ta," jawab Asya tersenyum ramah pada Arutala.

Sedangkan Bentala hanya diam, tak begitu menanggapi. Sebenarnya ia juga sempat merasa dejavu, namun ia pikir nama Aldo tidak mungkin hanya satu. Karena tidak begitu mengingat, suasana dan tahun di kehidupan sebelumnya, Bentala berpikir jika ia hidup jauh setelah kematiannya, yang artinya ia pikir sahabat-sahabatnya dulu sudah tak ada lagi.

"Kita boleh ikut duduk," ujar Bagas membuyarkan lamunan kedua insan itu.

"Gak muat!" ketus Bentala.

"Lo kayaknya benci banget sama gue," ucap Bagas menatap tidak suka pada Bentala.

"Kapan gue ngomong begitu?" elaknya.

"Duduk aja, muat kok." Arutala bergeser sedikit ke samping, lalu menarik ujung baju Bentala agar ikut bergeser.

Sedangkan Bentala hanya pasrah, daripada urusannya makin panjang.

"Sini Ca, Gas!" ajak Arutala sekali lagi.

Keduanya pun ikut duduk di samping mereka.

"Kalian kayaknya beneran saling suka deh," tebak Bagas tiba-tiba.

"Bukannya lo yang suka sama Tala?" Bentala menatap heran pada laki-laki di sampingnya itu.

Bagas menggeleng, "kata Aca itu bukan cinta, tapi sekedar rasa peduli." Laki-laki itu beralih menatap Asya. "Iya kan Ca?" ucapnya.

Cerita Anggara 2; Semesta Di Bentala (TERBIT) ✓Where stories live. Discover now