13 || Karangan Bunga

937 105 28
                                    

"Itu siapa nak?" tanya pria dewasa itu pada Bagas.

"Bentar yah!" Bagas kembali menghampiri Bentala.

"Jangan pulang Ta, gue khawatir sama lo." Bagas menahan tangan Bentala, berharap laki-laki itu berubah pikiran.

"Dia anak gue," batin Bentala menatap lekat wajah Bagas.

"Bagas! Masuk nak, ini udah malam!" teriak pria dewasa tadi.

"Dan dia...." Bentala memutar badannya perlahan, guna memastikan secara langsung terkait dugaannya.

Jantungnya semakin berdetak tak karuan saat ia bisa melihat dengan jelas, jika laki-laki yang berdiri di depan pintu itu adalah Bintang Samudra, sahabatnya di masa lalu.

"Bintang...." Mata Bentala mulai berkaca-kaca, ingin sekali ia lari memeluk Bintang sahabatnya itu.

"Lo selamat Bi, Lo hidup, Lo sehat..." Lolos sudah air matanya. Namun suaranya tak terdengar, ia menangis dalam diam. Sungguh senang rasanya karena sahabatnya itu tetap hidup dengan sehat.

"Tala...."

Bentala langsung menoleh ke sampingnya menatap Bagas yang menyebut namanya sejak tadi. Entah mengapa wajah anak itu tiba-tiba saja terlihat seperti anak kecil di matanya.

"Dia beneran anak gue?" tanyanya entah pada siapa.

"Lo baik-baik aja kan Ta? Kok lo nangis?" tanya Bagas yang seketika ikut bersedih melihat mata sendu Bentala.

"Gu-gue baik-baik aja kok," ujar Bentala agak gugup.

"Ayok masuk!" ajak Bagas sekali lagi.

Bentala masih saja diam, ia kembali menatap pria dewasa yang berdiri di depan pintu itu. Bagaimana jika ternyata Arunala ada di dalam sana? Bagaimana bisa ia sanggup melihat Arunala nantinya?

Sedangkan Bintang yang berdiri di depan pintu, berjalan perlahan menghampiri putranya. "Ada apa nak? tanyanya pada Bagas

"Dia teman kamu?" Bintang beralih menatap Bentala yang berdiri di samping Bagas.

"Ini Bentala yah," balas Bagas tersenyum lebar.

"Dia mirip Rama, mirip Bagas juga... Atau mata gue yang salah ya?" Bintang hanya bisa membatin kan isi hatinya.

Sedangkan Bentala berusaha mati-matian agar tangisannya tidak semakin menjadi. Sahabatnya Bintang Samudra, sudah ada di depannya sekarang. Detak jantungnya semakin berdetak tak karuan, baru bertemu Bintang saja ia sudah selemah ini. Bagaimana jika ia bertemu dengan Arunala, yang ia pikir masih hidup.

"Ayok masuk nak," ajak Bintang dengan suara yang amat lembut.

"Sa-saya pulang aja om," ucap Bentala gugup.

"Tala! Lo gak usah pulang, gue dengar sendiri tadi bokap lo marah-marah!" tegas Bagas tak mengizinkan Bentala untuk pergi.

"Ta-tapi...."

"Masuk aja dulu nak, ayok!" Bintang merangkul Bentala untuk ia ajak masuk dan langsung di susul oleh Bagas.

Bentala kembali tertegun diam saat ia baru masuk satu langkah kedalam rumah itu. "Gara...." batinnya saat melihat sosok Anggara yang sedang duduk berbincang di sofa.

"Bang Jay,..." Bentala beralih menatap pria di samping Anggara.

"Kamu dari mana aja sih nak, bikin orang khawatir aja," omel Anggara yang kini menoleh ke arah mereka.

Anggara mengehentikan pandangannya tepat pada Bentala. "Dia?" Gara beralih menatap Bintang seolah mempertanyakan siapa anak laki-laki remaja itu.

"Dia teman Bagas om." Bagas yang menjawab.

Cerita Anggara 2; Semesta Di Bentala (TERBIT) ✓Where stories live. Discover now