3. Doubtful

262 32 0
                                    

Cinta yang sebenarnya adalah bukan perasaan sesaat, karena yang sesaat akan mudah hilang seiring berjalannya waktu

°°

Joglo Town House, Blok B.

Nata sedikit berlari menuruni anak tangga demi anak tangga menuju pintu rumahnya, siapa yang bertamu saat waktu sudah menunjukkan lebih dari sepuluh malam. Setelah pintu sedikit terbuka nampaklah seorang gadis berbalut jaket merah jambu tengah tersenyum kearahnya.
"

Anterin aku ke kedai Martabak di depan komplek yayayaya.." Stevi tersenyum lebar saat Nata berdiri di depannya dengan tangan masih memegang gagang pintu.

"Yakin? Udah malem loh," selidik Nata. Biasanya cewek-cewek jaman sekarang anti yang namanya ngemil malem takut berat badan nya melonjak naik. Apalagi ngemil makanan berat semacam martabak.

"Iya... Ayoo lah... Aku nggak takut gemuk kok.." Rengek Stevi, kedua tangannya menarik kaos hitam polos yang dipakai Nata. Pria itu mengangguk mengiyakan, dia masuk ke dalam rumah.

Stevi menahan senyumnya, malam ini dia benar-benar ingin memakan martabak. Nata kembali menghampiri Stevi dengan jaket dan kunci motornya. Stevi berdiri di depan gerbang rumah Nata menunggu pria itu mengambil motornya dari garasi.

Tidak butuh waktu lama mereka telah sampai di kedai martabak dengan pelanggan yang masih cukup ramai. Stevi memilih tempat duduk, sedangkan Nata memesan martabaknya.

Setelah pergi memesan dan mendapati nampan yang sudah berisi dua piring martabak dan lemon tea. Nata mengambil alih untuk duduk di depan Stevi. Dia menyerahkan satu piring dan minumannya pada Stevi.

"Besok aku di jemput Seza, jadi jangan kerumah lagi ya." Ucap gadis itu. Dia mengambil martabak redvelvetnya.

Nata langsung mengalihkan pandangannya pada Stevi, dia memakan satu suapan martabaknya. Stevi menunggu Nata untuk bersuara, menatap lekat sahabatnya itu.

"Oh, Seza yang Ketos itu? Yang anak basket?" Tanya Nata memastikan. Siapa sih yang tidak mengenal Seza, Sezansyah Hydranio sang Ketua Osis baru dan Ketua tim basket baru pula. Memiliki sejuta pesona yang mampu memikat hati gadis SMAN 90, tak terkecuali mungkin dengan Stevi.

"Iya, iya, Nat." Jawabnya antusias

"Da, Nata mah cuma tukang ojek nggak lebih." Nata menjawab dengan nada dibuat-buat.

Stevi tertawa kemudian mencubit lengan pria itu, "Apaan sih Nat, mangkannya cari cewek biar ada yang bisa di bonceng jangan boncengin aku terus.."

Nata meminum lemon tea nya dan mengangkat bahu.

"Trauma takut ditolak lagi uy," wajah Nata terlihat murung, dia mengingat masa lampaunya.

Stevi tertawa kembali, dia teringat saat mereka duduk dibangku kelas dua SMP. Kala itu Nata menyatakan perasaannya kepada seorang gadis anak kelas sebelah, namun sayang dia menolak Nata, Stevi yang melihat adegan itu hanya menahan tawanya agar tidak meledak disana.

"Itu masa suram." Nata menggelengkan kepalanya.

Mereka kembali memakan makanannya dan membicarakan hal konyol yang mampu membuat tawa mereka pecah, bahkan tak jarang pula membicarakan pelanggan yang ada di kedai itu, tawa mereka bahkan sempat beberapa kali membuat hampir seisi kedai menatap kearahnya.

Awareness: Is (not) The EndingTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon