11. Give and Take

304 28 2
                                    

Seperti hukum atom, cinta itu harus saling memberi dan menerima untuk mencapai keseimbangan

••

Lena menyimpan es jeruk dan duduk bergabung dengan kedua temannya.

"Gue lihat, makin hari makin so sweet aja sama Nata."

Lena mengangkat kedua bahunya sambil menyunggingkan senyum kecil.

"Nata itu beda, dia romantis dengan caranya sendiri."

Ia tersenyum tiap membayangkan momen bersama pacarnya itu, kedua teman Lena menyorakinya kemudian saling tertawa.

"Lo kenal Stevi?" Tanya Friska.

Satu anggukan sebagai jawabannya.

"Lo nggak takut Nata suka sama dia?"

Hampir saja Lena tersedak ketika sedang menyeruput es jeruknya, setelah air es itu berhasil masuk kedalam kerongkongannya ia pun tertawa.

"Lo gila aja, mereka sahabatan dari kecil."

Friska hanya menampakkan cengiran kuda.

"Tapi bisa jadi sih Len, menurut gue juga mereka itu cocok sama sama baik, pinter, Stevi juga cantik natural." Vania menyetujui ucapan Friska.

"Secara nggak langsung lo bilang kalo gue blo'on dan nggak cantik natural." Ucap Lena sinis. Pasalnya Lena memang memakai make up tapi tidak terlalu tebal juga. Agar wajahnya tidak terlihat pucat itu tujuannya.

Vania menggeleng, "bukan gitu."

Lena kembali mengedikkan bahunya.

"Kalopun Nata emang sukanya sama Stevi, kenapa dia malah nembaknya gue? Gue yang nggak ada apa-apanya dibanding Stevi." Ucap Lena.

"Kalo cinta mah nggak ada alasan." Ucap Lena melanjutkan.

"Sedekat apapun mereka, kalo Nata cintanya sama gue. Yang lain bisa apa?" Lena mengakhirinya dengan mengangkat bibirnya, tersenyum.

••

Setelah turun dari motor, Lena berbalik pada pria itu dan memberikan helm.

"Mampir dulu?" Tawarnya.

Nata menerima helmnya dan tersenyum.

"Sorry Len, aku harus kesekolah lagi. Ada klub kimia." Jawab Nata.

Lena menyipitkan matanya dan mencubit lengan Nata.

"Ih harusnya tadi nggak usah nganterin aku lagi, aku kan bisa naik ang-"

Nata menempelkan telapak tangannya pada mulut Lena kemudian dia mengecup telapak tangannya sendiri. Ciuman tidak langsung tetapi mampu membuat jantung Lena berdegup dua kali lebih cepat.

"Kamu tanggung jawab aku. Oke?" Jawab Nata. Lena yang masih menormalkan detak jantungnya mengagguk samar.

Back to earth Len!

"Tunggu disini jangan pergi dulu." Ucapnya setelah tersadar. Dia berlari kecil memasuki rumah, pria itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah Lena. Setelah hampir lima menit Lena kembali dengan kotak makan di tangan kanannya.

"Nih, brownies lagi buat kamu. Dimakan ya! Jangan bosen-bosen sama brownies." Lena suka dengan brownies, dan hampir tiap hari dia membuat browniesnya sendiri.

Nata menerima kotak makan itu dengan baik. "Terimakasih sayang, aku pergi dulu ya.."

Nata mengambil tas gendongnya dan menyimpan kotak makan itu, sesudahnya ia kembali menjalankan mesin motornya dan berpamit kepada Lena untuk kembali ke sekolah.

Awareness: Is (not) The EndingWhere stories live. Discover now