14. bestfriEND?

449 34 1
                                    

Stevi berjalan lesu kearah kantin bersama Ghina, mereka kini hanya berdua karena Elta merupakan pengurus OSIS dimana ia harus mengikuti baksos dengan Seza dan pengurus lainnya. Stevi sendiri sekarang merasa seperti menjomblo dadakan karena tidak ada Seza yang menemaninya saat ini.

"Lo musuhan sama Nata?" Ucap Ghina ketika ia sudah menempati kursi yang dipilihnya di kantin.

Stevi ikut duduk di depan Ghina, "cuma jaga jarak." Sahutnya.

Sebagai balasan, Ghina mendelik. Gadis itu bingung dengan tingkah dua sejoli yang biasanya lengket bak permen karet tetapi sekarang seperti langit dan bumi, berdampingan tapi tak tersentuh satu sama lain.

Satu pasang manusia datang dari arah koridor selatan, mereka saling mengaitkan jari jemarinya dan melewati meja tempat Ghina dengan Stevi berada.

Stevi tersenyum miris menatap setiap gerakan yang tercipta diantara mereka. Nata selalu ada untuk setiap orang, senyum ramahnya selalu tercipta untuk banyak orang tapi tidak untuknya lagi, Stevi menyadari itu.

"Tadi itu- Nata?" Tukas Ghina tak percaya, ia menggebrak meja tak percaya untung saja seisi kantin tidak memperdulikan tingkahnya. Stevi masih mematung, dibilang -iya- rasanya sulit dipercaya, untuk bilang -tidak- tapi memang itu kenyataanya.

"Gue rasa ada yang gak beres sama Lena. Dia pasti nyuruh Nata ngejauhin lo, yakan?" Tebak Ghina. Dan 100% benar!

"Kalo gue jadi Lena juga pasti sama," balas Stevi datar. Tapi Stevi kira Nata dan dirinya tidak akan sejauh ini, ternyata menjauhi yang dimaksud Nata adalah seakan menghilangkan dirinya dari kehidupan pria itu.

"Nggak nyangka aja, setega itu Nata sama gue. Padahal mantan pacarnya dulu juga sama, minta buat kita jauhan tapi gak dia lakuin kenapa sekarang malah-- "

"Arghhh.." Rancau Stevi, dia kesal sendiri dengan pikiran pikiran yang menyangkut pasangan itu. Stevi hanya heran, dulu saat Nata diminta untuk menjauhi Stevi pria itu selalu menolak dan hasilnya hubungan dia dengan gadis lain kandas. Tapi sekarang? Dia memilih Lena, sebegitu cintakah dia pada Lena? Stevi harap, Lena tidak akan pernah menyakiti sahabatnya.

Ghina masih mematung melihat sahabatnya, Stevi meletakkan kepalanya di meja kantin mereka bahkan belum memesan apapun. "Lo harus bersikap biasa ke Nata."

"Dia yang berubah bukan gue, Ghin." Stevi membenamkan wajahnya, tidak mood untuk makan.

••

Stevi sudah duduk berjam-jam di perpustakaan, dia melirik jam putih di dinding perpustakaannya.

"Jam lima sore mungkin dia udah selesai latihan," dengan mantap Stevi melangkah kan kakinya menuju lapangan indoor. Kebetulan sekali di tikungan koridor ia berpapasan dengan seseorang yang di tuju.

"Nat, bantu aku ngerjain soal Kimia."

Setelah rentetan kalimat itu terlontar, atmosfer canggung kembali hadir. Mereka sama sama terdiam hanya mata mereka yang saling beradu.

"Maaf, aku harus kerumah Lena," ucapnya.

Nata berjalan meninggalkan Stevi, ia tak percaya dengan jawaban yang diterimanya. Gadis itu berbalik, menatap nanar punggung Nata yang masih memakai jersey bola nya.

"Bahkan setelah aku berjam jam nunggu disini? Ini balasannya? Kejam!" Desis Stevi.

“Aku nggak minta kamu buat nunggu kan?” Ucap Nata tanpa membalikkan badannya, lalu dia kembali berjalan meninggalkan Stevi yang mematung.

Sungguh, kali ini ia sudah sangat percaya. Nata yang dulu untuknya sudah pergi jauh meninggalkan dirinya sendiri, yang ada hanya tersisa Nata dengan tatapan datar tak ada senyum untuknya lagi.

Awareness: Is (not) The EndingWhere stories live. Discover now