24. The Car?

301 27 7
                                    

Hari ini Stevi bisa kembali melakukan aktivitasnya disekolah setelah satu pekan dia absen karena dirawat di rumah sakit selama empat hari dan tiga harinya ia habiskan untuk beristirahat di rumah. Dia rindu suasana kelas yang selalu ramai, rindu klub, rindu Ghina, dia juga rindu Seza. Seza tidak pernah menjenguknya, dia hanya selalu mengirimi sms atau chat di Line. Selebihnya, tidak ada.

Katanya ingin selalu ada buat dia? Tetapi giliran Stevi terpuruk pria itu seakan-akan menjauh dan sibuk dengan dunianya sendiri.

"Welcome back in class Stev!!" Peluk Ghina. Gadis ini sudah dua kali menjenguknya.

"Gue sedih banget masa!!! Uhh kalian bener-bener kayak ditakdirkan buat sehidup semati." Cerocosnya setelah melepas pelukan (persahabatan) itu.

Stevi terkekeh kecil, dia duduk dikursinya.

"Tapi sampai sekarang Nata belum sadar.." Kata Stevi lesu.

Operasinya memang lancar, tapi selama lima hari ini tidak ada perubahan dalam kondisi Nata, apakah itu perubahan membaik ataupun memburuk.

Ghina kembali memeluk Stevi dari samping, dia turut prihatin. Apalagi saat dia diceritakan proses kecelakaannya itu, mungkin jika dia diposisi Stevi, bunuh diri adalah jalan satu-satu nya agar terhindar dari depresi berat.

"Eh, omong-omong. Olimpiade kapan?" Tanya Ghina, pasalnya dia merasa olimpiade sangat dekat dan kondisi sahabatnya? Seperti ini.

"TIGA HARI LAGI MASA?! " Pekik Stevi tak percaya, dia baru tersadar.

Ghina pun sama tak percayanya, dia menggebrak meja dengan keras membuat seisi kelas hampir menatapnya.

"Eee..Eh sorry guys. Lanjutin aja aktivitas kalian."  Ghina tersenyum lebar, mereka mengangkat bahu dan kembali pada aktivitasnya sendiri. Stevi terkekeh melihat Ghina, dia pun malah tertawa lebih keras daripadanya.

"Stevi.." Panggil salah seorang,

"Menjauh dari gue." Balas Stevi dingin, ekspresi wajahnya pun dibuat sedatar mungkin. Bahkan dia tidak menatap lawan bicaranya.

"Maaf, gue salah." Ucapnya berharap bahwa Stevi memaafkan.

"Ya, lo emang salah. Sekarang menjauh dari kehidupan gue."  Jawab Stevi, dia tidak ingin memperpanjang obrolan dengan orang yang nggak penting.

"Maaf.." Permintaan maafnya kembali. Dia merasa keluh untuk mengatakan apapun selain maaf.

Stevi mendelik kesal kearah orang itu, "Maaf diterima. Silahkan pergi, Kenzo!" Ucapnya dengan penekanan disetiap kata.

Kenzo mengangguk, dia melangkahkan kaki berjalan ke tempat duduknya. Ghina melirik kearah Stevi.

"Apa?" Stevi bertanya dengan ketus.

"Dih kenapa jadi sensi?" Ghina bertanya balik karena sikap Stevi yang mendadak sensitif.

"Ah, udah!" Stevi mengusap wajahnya kasar, mencoba menenangkan suasana hatinya. Jika bertemu Kenzo dia mengingat kejadian mengerikan yang menimpa dirinya dengan Nata.

••

Stevi bersenandung kecil berjalan di koridor rumah sakit, sepulang klub dia akan menjenguk Nata. Kebetulan jam besuk sore pukul empat sore sampai pukul enam.

"Good Afternoon, Nata de coco.." Sapanya sembari menutup pelan pintu ruangan. Tidak ada balasan dari Nata, yang ada hanya suara teratur yang dikeluarkan oleh monitor EKG.

Ditariknya kursi samping kiri ranjang, "hfft. Kamu tahu? Bentar lagi olimpiade, kamu nggak mau bangun? Jahat banget ya, aku disini belajar mulu sedangkan kamu malah enak-enakan tidur." Keluhnya pada Nata yang mungkin tak dapat mendengar keluhan gadis itu.

Awareness: Is (not) The EndingWhere stories live. Discover now