EXTRA PART #2

463 35 3
                                    

Ini Extra Part yang terakhir ya. Happy reading^^

••

Nata sempat beberapa kali di pindahkan dari rumah sakit satu dengan yang lainnya di Singapura, karena kondisinya yang terus menurun. Takdir Tuhan yang mana sehingga Stevi tidak bisa menemukannya di Singapura?
Setelah kondisinya benar pulih total. Dia dituntut untuk melanjutkan sekolahnya di Singapura, mengejar hari-hari yang telah dia lewati karena berbaring diranjang rumah sakit. Pikirannya tertuju pada sahabat kecilnya itu, Hani sudah memberikan suratnya namun tak pernah ia baca. Karena jika ia membaca surat itu sama saja dia membunuh dirinya sendiri akibat rasa bersalahnya kepada Stevi. Bersalah karena telah meninggalkannya sendiri, bersalah karena membuat gadis itu khawatir. Nata ingin menghubungi Stevi namun pria itu sudah berganti sim card local Singapura dan dia lupa semua akun sosial media milik Stevi. Karena yang dia tahu Stevi hanya memiliki Line. Id gadis itu dia tidak ingat, bahkan teman-teman yang lainnya juga.

Sekarang, Nata bekerja sebagai wakil direktur di perusahaan ayahnya. Teknik Kimia bukan lagi jalannya, karena perusahaan ayahnya lebih membutuhkan pewaris daripada ia menghabiskan tiga sampai empat tahun kuliah Teknik Kimianya. Minggu lalu, dia sudah berada Di Indonesia. Berada dirumahnya yang menyimpan beribu kenangan, berharap dia akan segera bertemu dengan sahabat kecilnya. Tapi, takdir Tuhan selalu berkata lain. Rumah didepannya itu kini dihuni oleh orang baru, rumah itu telah dikontrakkan. Saat itu, Nata bingung harus menghubungi siapa karena handphone dan sim card nya yang dulu sudah hancur dan hilang entah kemana. Hanya rumah Vero yang dia ingat, dengan penuh memanjatkan doa dan membujuk Vero agar dia membantunya. Membantu menemukan gadisnya

Sampailah dia di Jogja, disini pun nyatanya takdir Tuhan masih berkata lain. Walaupun dia sudah menemukan Stevi, tapi ternyata gadis itu sudah berikatan dengan pria lain. Kevin, pria yang akan menjadi tunangannya.

"Gimana?" Seseorang bertanya, dia menarik kursi di depan Nata.

Nata membenarkan posisi duduknya, "Minggu depan dia tunangan. Gue terlambat."

Vero menggebrak meja cafe, dia menatap tajam Nata.
"Kalian itu saling cinta. Apalagi yang diraguin sih?"

"Percuma saling cinta kalo dia sendiri lebih milih ngelanjutin pertunangannya." Keluh Nata dengan keputusan Stevi.

"Astaga Nat! Lagian lo ngilang gitu aja, apa lo pikir Stevi nggak sedih?" Vero bertanya memojokkannya.

Nata kembali memikirkan semua perkataan Vero, dia selalu membaca chat masuk dari Stevi saat dirinya menghilang. Gadis itu selalu memberi tahu semua kegiatan nya walau pun sama sekali tidak pernah terbaca oleh Nata. Dan Sekarang tidak ada yang perlu disalahkan yang ada hanya perlu diperbaiki.

"Terus gue harus ngelakuin apa?" tanya Nata polos, dia juga bingung apa yang harus dia lakukan.

Vero membisikkan sesuatu pada Nata, sesuatu pilihan yang berat tapi akan tetap Nata laksanakan, karena jika tidak dengan cara ini, mungkin tidak akan ada pilihan lain lagi untuknya. Dan tidak ada kesempatan lain untuknya memiliki Stevi.

••

Stevi sudah berdiri berbalut gaun putih sederhana nan anggun dengan Kevin berjas hitam rapi disebelahnya. Semua kolega dari kedua belah pihak sudah berkumpul. Mereka meramaikan gedung yang di hias sedemikian rupa hingga menjadi ruangan yang sangat indah.

Tiba di acara inti. Mereka akan menyematkan cincin, belum sempat cincin itu masuk sempurna ke jari tangan Stevi seseorang berteriak menghentikan aktivitas mereka.

"Via! Aku mencintai mu, Batalkan pertunangan ini jika kamu membalas cintaku. Jika tidak? Aku akan pergi dari kehidupanmu." Ada jeda beberapa detik sebelum Nata melanjutkan perkataannya.
"Untuk selamanya!" Ucap Nata yang masih berdiri didepan pintu. Para undangan serempak menatap kearahnya, Stevi sedikit berlari dengan setetes air mata yang sudah merembas keluar.

Awareness: Is (not) The EndingWhere stories live. Discover now