5. Sympathy, Empathy or Love?

661 44 0
                                    


Café Lewis & Carrol tea.

Ghina, Stevi, dan Elta tengah berkumpul. Niat awalnya ngerjain tugas, tapi kalau mereka disatuin ya sudah. Bye-bye tugas!

Mereka asyik bercengkrama dengan ditemani dua wild ones dan dua Baileys cheese cake. Hanya Elta yang tidak memesan, karena dia sedang menjaga berat badannya. Padahal Ghina dan Stevi sering melarang Elta untuk membatasi porsi makan dan jenis makanannya karena itu membuat tubuhnya sendiri tersiksa.

"Dengerin gue Ta, cantik itu ejaan nya bukan gendut apalagi kurus." Ucap Ghina. Pasalnya, Elta sering jatuh sakit gara-gara program diet yang salah.

"Lagian segini udah kurus kali Ta. Mau nunggu badan lo kayak sapu lidi?" Tambah Stevi. Dia terkekeh disusul oleh Ghina. Elta memutar bola mata, jika saja tubuhnya seperti tubuh kedua sahabatnya yang makan apa saja tetap kurus dia bakal makan pizza sepuasnya. Tapi tubuhnya ini di beri makan 'agak banyak' sedikit aja berat badan langsung melonjak. Sedangkan cita-citanya ingin menjadi pramugari, dia tidak mau cita-citanya terhalang hanya gara-gara berat badannya.

"Stev, gimana perkembangan lo sama Seza?" Tanya Ghina.

"Ya..." Jawab gadis itu menggantung kalimatnya.

"Gue udah jadian kemarin lusa!!" Pekiknya.

Ghina pun ikut memekik senang.

Berbeda dengan Elta yang masih nampak tenang. Dia meminum air mineral yang di dapatnya dari dalam tas. "Kalian kenal udah lama?" Tanya nya.

Stevi menatap Elta, "nggak juga."

"Kok lo langsung percaya gitu aja ke Seza? Nggak takut kepribadian dia nggak sesuai sama tipe lo?" Elta kembali bertanya. Pasalnya, selain Nata dia juga sangat paham bahwa Stevi adalah pemilih dalam berhubungan. Tak sedikit juga pria yang ditolak Stevi karena tak masuk dalam kriterianya. Kejam, cewek cantik mah bebas milih kata Nata.

Stevi mengedikkan bahunya, "gue percaya dia baik sama gue." Ucap Stevi. Di matanya, Seza memiliki penilaian sendiri daripada pria lainnya.

"Lagian, lo kan satu organisasi sama Seza, lo pasti tahu dong kepribadian dia. Bisa jadi juga lo lebih tahu dia dibanding gue." Stevi melanjutkan. Menurutnya, Elta meragukan Seza. Dan meragukan hubungan mereka berdua.

Elta mengangguk menyetujui pernyataan Stevi, "Seza ramah, baik, pengertian..."

"Nggak ada yang perlu gue raguin lagi dong?" Stevi berkata benar, tidak perlu untuk berpikir dua kali menerima Seza.

"Tapi karena sikapnya itu, nggak sedikit yang nyimpan harapan lebih ke dia." Lanjut Elta.

"Itu sih ceweknya aja baperan. Baik dikit dikira suka, cemas-cemas khawatir sedikit dikira sayang. Padahal itu cuma arti peduli, Semua orang juga punya rasa peduli tapi dengan caranya sendiri." Sambar Ghina, dia tertawa lagi.

Stevi terkekeh, Ghina memang pandai bermain kata. Kepedulian seseorang bukan berarti rasa cinta semata karena pada tiap diri manusia memiliki rasa kepedulian dengan sesamanya karena itulah muncul definisi simpati dan empati. Tetapi tidak sedikit pula yang selalu salah mengartikan bentuk kepedulian itu.

••

"Eh?"

Lena sedikit terkejut ketika Nata sudah berada di depan rumahnya, pria itu tersenyum menampakkan lesung di pipinya.

"Kenapa jemput?" Tanya Lena heran, padahal kemarin di chat dia hanya bercanda.

"Gapapa. Biar jok belakang nggak kosong." Alibinya.

Lagi dan lagi Nata membuatnya merekahkan senyum, setelah mengambil helm dari Nata ia langsung naik dan berpegangan pada pinggang pria itu. Seperti biasa, keadaan hening tetapi senyuman tak luput dari keduanya.

Awareness: Is (not) The EndingWhere stories live. Discover now