27. Goodbye

321 32 6
                                    

LAST CHAPTER!| BACANYA SAMBIL CEK VIDEO YAA

••


Tidak ada perpisahan yang paling menyakitkan selain berpisah karena kematian. Sebab, bagaimanapun kita merindu dia tidak akan bisa kembali pada kita.

°°

Matanya terbangun karena suara dering telepon yang terus membangunkannya. Padahal masih cukup petang untuk dibilang pagi, entah siapa orang yang tega membangunkan tidur gadis cantik itu. Stevi duduk ditepi ranjang sambil mengangkat telepon tanpa melihat siapa penelponnya.

"Halo?" Ucap Stevi, dia masih menguap beberapa kali.

"Stev..." Panggil dari seberang telepon dengan lirih.

"Hm?" Gumam Stevi, dia masih mengucek-ucek matanya.

"Nata.."

"Ada apa?"

"Lebih baik lo kesini. Gue nggak bisa jelasin."

"Ada apa Ghin? Jangan bikin gue khawatir." Ucap Stevi.

Tidak ada jawaban dari seberang telepon, Stevi melihat layar handphonenya. Masih tersambung.

"Pokoknya lo kesini aja."

Telepon tiba-tiba terputus, Stevi merutuki Ghina. Kini sadarnya sudah sepenuhnya kembali. Ada apa dengan Nata? Apa terjadi sesuatu yang buruk? Stevi beranjak dari tempat tidurnya. Dia segera mengemas barang-barangnya. Diliriknya jam dinding yang tertempel indah.

Pukul dua dini hari.

Setelah selesai mengemasi barang-barangnya, Stevi menuliskan sesuatu di secarik kertas untuk mengabari orang-orang yang ada disini. Dia tidak mau teman-temannya yang disini panic karena kepergiannya yang tiba-tiba. Dia sudah memesan taxi online untuk kembali ke Jakarta.

Semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk Nat.
••

Di dalam taxi Stevi terus berdoa untuk Nata, tangannya selalu menghubungi nomor Hani namun tidak ada satu panggilan pun yang tersambung. Stevi cemas bukan main. Setelah sampai di rumah sakit, Stevi berlari sedikit kesusahan karena membawa koper. Sudah pukul lima pagi lebih. Dia berlarian di koridor, tidak peduli dengan pengunjung dan perawat yang menatapnya.

"Ghin!" Stevi berlari menghampiri Ghina yang duduk di kursi tunggu depan kamar rawat inap Nata. Disana juga ada Vero, Dino, Grefi dan Farhan tanpa pomade nya. Dia tidak sempat memakai pomade karena telepon masuk tiba-tiba menyuruhnya datang ke rumah sakit.

Ghina berdiri, dia terkejut dengan keadaan Stevi yang sedikit kacau. Stevi membuang kopernya asal, dia membuka pintu kamar rawat inap Nata.

"Ghin.." Lirihnya, dia berjalan pelan memasuki kamar itu.

"Nata mana?!" Teriak Stevi.

Ghina berlari memeluk Stevi, "Nata... Ke Singapura."

Stevi melepas pelukan Ghina, menatap gadis itu. Meminta penjelasan.

"Nata tadi sempat sadar. Tapi lama-lama tangan dia bergetar hebat, tangannya terus bergetar sampai dokter melakukan ct-scan. Dan ternyata ada gangguan saraf pada otaknya, saraf yang terhubung ke jari tangannya. Dia akan melakukan operasi lagi, di Singapura." Terang Ghina

Kekuatan Stevi runtuh, dia terduduk lemas di depan ranjang kosong Nata.

"Sebelum pergi, dia nitip ini ke elo." Ghina memberikan secari kertas yang ia dapat dari saku jaketnya.

Dengan cepat Stevi membuka lipatan kertas itu, tulisan tangan Nata tapi cukup berantakan. Karena mungkin efek tangannya yang bergetar.

Hallo Vi, mungkin kamu baca surat ini saat aku udah nggak ada. Tenang nggak usah sedih, aku pergi buat operasi kok. Aku janji setelah semuanya membaik, aku bakal datang lagi ke kamu. Aku dengar dari Ghina kamu lagi holiday sama anak-anak olimpiade? Wah kayaknya asyik. Ntar kalo aku kembali, cerita in semua yang terjadi disana. Maaf aku nggak bisa nemenin kamu buat sementara. Aku janji aku akan kembali.
Kamu tahu Vi? Aku baru sadar sekarang. Kalau aku cinta kamu. Tapi aku sadar, kamu nggak mungkin cinta sama aku. Kan kamu udah milik Seza hehe. Tapi cinta nggak harus memiliki kan? Yang terpenting aku selalu ada buat kamu, aku nggak akan ngecewain kamu itu adalah cara aku mencintai kamu. Dan tolong, jangan menjauh dari aku saat kamu tahu kalo aku cinta kamu.

Salam kangen dari Nata de coco.

Stevi menangis, bahunya naik turun. Ghina memeluk kembali tubuh sahabatnya itu.

"Ghin, apa gue kehilangan dia?" Tanya Stevi di sela-sela isakkannya.

Ghina menggeleng, dia mengusap lembut rambut Stevi. "dia cuma minta lo buat nunggu."

"Sampai kapan?" Tanya Stevi, dia menatap nanar secarik kertas dari Nata yang sudah sedikit basah karena tetesan air matanya.

"Sampai kalian siap dengan kisah baru yang udah direncanain Tuhan." Jawab Ghina tersenyum.

Stevi tersenyum miris, perpisahan bukan akhir. Tapi pintu untuk membuka pertemuan yang baru. Yang harus Stevi lakukan adalah memperbaiki diri dan menyiapkan hati untuk rentetan kisah baru yang akan dia hadapi. Baik ada atau tidak adanya Nata. Dia harus siap.

°°

END~

Publish, 24 Mei 2016

^^

YEAY TAMAT!! EPILOG NYUSUL YAAKK. BYEBYE

Awareness: Is (not) The EndingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora