21. OMG! My First Kiss!

250 16 0
                                    

Sudah lebih dari satu minggu, Nata tidak menghadiri jam tambahan untuk persiapan Olimpiade. Stevi sudah rutin mengirimi pesan, tapi jangankan dibalas di read aja tidak. Pulang sekolah ini adalah pesan ke 8 yang ia kirimkan padanya

Steviani Finne : Nat, hadir dong.

3 kata yang ia kirim, tapi bagaikan pesan singkat yang tak pernah terbaca. Setelah itu, Stevi bergegas memasuki ruang klub yang sudah berisi tiga anak dari kelas sepuluh

"Nata tidak hadir lagi?" Tanya Pak Komar.

Stevi mendesah kecewa, ia tidak pernah bertemu pada Nata saat disekolah ataupun dirumah. Rumah mereka sangat dekat, tapi bagai ada besi kokoh yang menghalangi mereka untuk saling bertemu.

"Kalau sampai lusa dia tidak hadir juga, maka dengan teramat sangat kecewa bapak diskualifikasi dia dari tim."

Setelah berkata demikian, Pak Komar mulai membahas soal-soal kembali. Pikiran Stevi tidak terfokus pada kegiatannya sekarang, yang ada di pikirannya hanya.

Sedang apa Nata? Dimana dia?

Saat Pak Komar menuliskan sesuatu di papantulis diam-diam Stevi mengeluari handphonenya dan mengetikkan sesuatu.

Steviani Finne : Nat kamu kemana? Kamu akan didiskualifikasi kalo nggk hadir mulu. Ayolah Nat dtng kesekolah.

Setelah terkirim, Stevi kembali menyimpan handphonenya. Lalu kembali untuk mencoba terfokus pada materi yang ia terima sekarang. Mengenai perkataan Vero satu minggu yang lalu, dia tidak pernah menggubrisnya. Bagaimana bisa Vero mengatakan hal seperti itu padahal dia tidak ada bukti yang jelas tentang tuduhannya. Hanya karena tidak sengaja Vero melihat wajah yang mirip Lena bersama dengan pria memasuki restoran.

Dua jam berlalu seperti tidak ada apa-apanya bagi Stevi, setelah meringkasi bukunya ia berjalan.

Sialan buku Fisika ketinggalan di kelas!

Stevi berbalik arah untuk ke kelasnya mengambil buku fisika. Jika saja di dalam buku itu tidak ada soal untuk tugas besok dia lebih memilih meninggalkan buku itu toh besok juga ada pelajarannya dan dia yakin bukunya aman. Dia sedikit terburu-buru ke kelas karena Seza sudah menunggunya di gerbang sejak dirinya pembinaan olimpiade atau lebih dari dua jam yang lalu, tiba di dalam kelas ternyata masih ada Kenzo yang masih duduk sendiri di kursi depan.

Dia berjalan dengan santai tanpa memperdulikan kehadiran pria itu, setelah mengambil buku fisika nya dari kolong meja dia menyimpannya di tas.

"Mau ini?" Tawar Kenzo padanya, Stevi menyipitkan mata meneliti benda yang dipegang oleh Kenzo.

"Pil?"

Kenzo, selain nakal dia juga suka mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Keluar masuk ruang BK sudah menjadi rutinitasnya, apalagi masa skors adalah libur tambahan untuknya tiap tiga hari atau lebih persatu bulannya. Hebatnya dia tidak pernah dikeluarkan dari sekolah ini, entah apa rahasia pria itu.

"Ya, obat kecil ini adalah pelarian gue saat ditolak lo." Ucapnya dengan nada sedikit tertawa, dia menghampiri Stevi dan mengunci tubuh gadis itu di kursi nya.

Perasaan was-was sudah menghinggapi kepala cantik Stevi, dia hendak berdiri dari kursinya namun kedua tangan besar itu menghalanginya.

"Itu udah lama Ken, bahkan udah dua tahun- "

"Iya bener. Udah dua tahun lo nolak gue, dan udah dua tahun pula gue makan pil ini." Ucap Kenzo jujur ataukah hanya omong kosong.

Kepala Stevi agak pening sekarang, dulu saat mereka duduk di bangku kelas sembilan Kenzo pernah mengungkapkan rasa sukanya pada Stevi, namun dia hanya mendapat penolakan dari gadis itu. Kenzo tidak menyerah dengan cepat, dia terus mengejar gadis itu namun selagi Kenzo terus mengejar Stevipun terus menjauh darinya. Bahkan demi Stevi, Kenzo rela masuk SMAN 90 hanya untuk bisa satu sekolah dengan gadis pujaannya itu. SMAN 90 notabenya sekolah favorite ini berhasil ditaklukan oleh Kenzo dengan nilai yang sedikit tinggi cenderung pas-pasan.

Awareness: Is (not) The EndingOnde as histórias ganham vida. Descobre agora