19. Seleksi

224 14 0
                                    

"PERHATIAN!!! SIAPA YANG MAU IKUT PORAK?!!" Teriak sang ketua kelas dari depan kelas, di kelas mereka sibuk memilih siapa saja yang pantas mewakili kelasnya. Ada yang cuek, ada yang paling gaduh sampai ikut berdiri di depan menunjuk orang orang yang dipilihnya, dan ada yang tertidur pulas walaupun suasana tidak bisa dibilang tenang.

*PORAK (Pekan Olahraga Antar Kelas)*

"ALBERT AJA, JAGO CATUR DIA!" Teriak seseorang entah dari sisi mana.

"BOHONG! GUE NGGAK JAGO CATUR, GUE JAGONYA MAIN RANJANG." Fix ini suara Albert, pria termesum di kelas ini. Dia sering menghabiskan waktu istirahatnya untuk memainkan laptop dan streaming hal hal yang menjijikan bersama teman karibnya.

Menurut sang ketua kelas saat ini mereka tengah merundingkan acara 'PORAK ' yang akan diadakan bulan depan. Suara teriakan dari orang perorang membuat kepala Stevi sedikit pusing, apalagi ia sedang belajar Kimia untuk melaksanakan tes pemilihan pulang sekolah nanti.

"FUTSAL. YANG MAIN GUE, DODI, RAFI, JONI, RADIT."

"GUE? SIAPA GUE?" Balas sang ketua sambil mencatat nama nama yang tadi disebutkan oleh seseorang.

"LO NGGAK KENAL TEMEN SENDIRI? GILA!" Suaranya terlihat samar karena kebanyakan suara suara dari kelas ini.

Sang Ketua menatap seisi kelas, mencari suara tadi yang meminta memasukkannya kedalam tim futsal. Salah sendiri, suruh siapa tidak menyebutkan nama.

"GUE KENZO, NGGAK TAHU JUGA? GUE BUNUH LO RIS!" Ucap seseorang, yang di panggil 'Ris' itu akhirnya tertawa dan mencatat nama Kenzo dalam daftar futsal.

Seketika Stevi melirik kearah pria itu, bukan Faris melainkan Kenzo. Dia memilih futsal, olahraga yang sangat disukai Nata. Stevi hampir melupakan hal umum, hampir semua pria menyukai futsal atau sepak bola.

"FARIS!! WENI IKUT BADMINTON." Teriakan suara cempreng seseorang, segera sang ketua 'Faris' mencatat kembali nama siswa dan bidang lomba yang akan di ikutinya.

Stevi tidak ingin mengikuti apapun, karena ia akan fokus pada Olimpiade nya. Begitu pula Ghina, hanya menyukai olahraga lari entah itu sprint, estafet atau lainnya yang penting cabang dari olahraga lari.

••

Seusai KBM, anak yang mengikuti klub Kimia sudah berada di ruangan. Mereka sedang membuka buka bukunya, berharap namanya bisa menjadi perwakilan sekolah dalam olimpiade sains bidang Kimia ini, tidak dengan Stevi gadis itu hanya melihat pada daun pintu saja melihat tiap orang yang keluar masuk dari arah sana. Ketika yang dicari sudah menampakkan batang tubuhnya, Stevi menghela napas lega dan bersandar di kursinya.

"Selamat siang." Suara Pak Komar membuka pertemuannya kali ini.

"Bapak disini akan menjadi pembimbing kalian, maka dari itu bapak pula ditugaskan untuk menyeleksi kalian yang benar benar layak untuk menjadi perwakilan kelas sekolah kita." Ucapnya berbasa basi.

Setelah bercakap cukup lama, akhirnya kertas berisi soal soal dibagikan pada tiap anak, mereka yang sudah mendapat lembar soal segera mengerjakannya dengan teliti. Sembilan puluh menit sudah, Kertas soal dan jawabannya kembali dikumpulkan. Tidak banyak yang mendesah kecewa karena belum tuntas mengerjakan soal soalnya, sebagian yang lain bernapas lega karena bisa menyelesaikan soal soal dalam waktu yang terbatas itu.

"Sebelum mengakhiri pertemuan kita. Tiap siswa dipersilahkan maju untuk kembali memperkenalkan nama dan tujuan mengikuti olimpiade ini, tujuannya bebas kalian diperkenankan jujur. Silahkan dimulai dari ujung kanan." Ucap Pak Komar.

Semua anak mengarahkan pandangannya pada siswi yang memakai kacamata, siswi itu berjalan dengan malu malu menuju kedepan kelas.

"Halo, Nama saya Gladys Jojo dari kelas sepuluh ipa empat." Ucapnya dengan intonasi gemetar, terlihat sekali kalau ia gugup.

"Tujuan awal saya-- bisa ngerasain sekelas dengan kak Nata, walaupun cuma satu minggu sekali dalam klub." Ucapnya sambil menunduk, arah matanya tidak lepas dari Nata yang duduk sendiri di kursi ke tiga.

Kelas berubah menjadi ramai akibat teriakan 'cie cie' Nata hanya tersenyum pada gadis itu.

Ternyata bukan hanya gadis itu saja yang mengatakan tujuan demikian, banyak pula siswi lain yang beralasan seperti itu entah mereka sudah bersepakat atau hanya memang kebetulan.

Kini giliran Stevi, ia berjalan dan berhenti di depan papan tulis lalu berbalik menatap seisi ruangan. Kelas sunyi, berpasang-pasang mata menatapnya karena mereka mungkin penasaran dengan apa tujuan sang 'idola wanita kimia' ini. Jangan sangka Stevi adalah seorang kutu buku yang nerd dia adalah salahsatu siswi yang famous karena kecerdasan dan kebaikannya ditambah sekarang ia berpacaran dengan Seza, siapapun yang menatap mereka pasti berpemikiran mereka adalah sepasang kekasih yang sempurna.

"Hai. Nama saya Steviani Finne dari kelas sebelas ipa satu. Tujuan saya disini masih sama seperti dulu, dan tujuan keduanya agar Papa tidak membawa saya pergi dari kota ini. Karena jika saya tidak bisa menembus minimal provinsi saja, maka di semester genap nanti saya diharuskan pergi dan melanjutkan sekolah disana. Sekarang lewat klub ini, lewat sekolah ini, saya akan membuktikan kemampuan dalam belajar di kota ini." Ucapnya, suara riuh tepuk tangan terdengar seisi kelas. Stevi mengulum senyumnya, ia melihat kearah Nata yang sedang memainkan pulpennya dengan pandangan menunduk menatap meja. Tidak memperhatikannya sama sekali.

Mungkin meja itu lebih menarik dibanding gue.

Setelah itu Stevi kembali berjalan dan duduk dimejanya. Disamping tempat duduk, seseorang mengacungkan jempol membuat Stevi tersenyum. Tak lama orang itu berdiri, berjalan menuju depan kelas.

"Nama saya Fian Afiandi, dari kelas sepuluh ipa empat. Tujuan saya mengikuti klub yaitu bisa ikut olimpiade bersama kak Stevi, hehe" diakhir kalimatnya ia tertawa membuat semua yang ada disana ikut tertawa, Stevi menyunggingkan senyum kearah adik kelasnya itu. Selesai dengan ocehannya dia kembali duduk, dilanjut dengan anak anak lain.

Sampai pada bagian Nata, wangi dari parfumnya aja bisa dirasakan Stevi saat pria itu melewati mejanya.

Percaya atau tidak para gadis yang disana sedang menahan napas mereka melihat ketampanan seorang Nata?

"Hai, nama saya Natanael Claudyno dari kelas sebelas ipa dua. Tujuan saya masih sama seperti dulu yaitu bersaing bersama dengan sahabat kecil saya. Karena dia paling tidak bisa saya tinggalkan." Ucapnya kemudian menatap lekat Stevi.

Mata Stevi terpaku pada satu titik, Nata. Pria itu berhasil membuat ingatan Stevi melayang pada tahun kemarin, saat dirinya dan Nata masih menginjak kelas sepuluh. Dia teringat semua perkataan yang Nata lontarkan tadi dengan tujuannya di tahun kemarin. Masih sama, tidak ada satu patah kata yang dirubah. Bahkan ia sangat hapal ketika Ibu Titi yang kala itu menjadi pendamping berkata bahwa mereka adalah couple chemistry. Stevi juga ingat satu tujuannya dulu

Tujuannya karena saya memang suka pelajaran Kimia, masuk olimpiade adalah kebanggaan terbesar. Saya juga nggak bisa jauh dari Nata, karena Natanael Claudyno merupakan NaCl bagi hidup saya. Bagai kuah tanpa garam, hambar.

Sebenarnya Stevi juga ingin mengatakan rangkaiannya yang seperti dulu, tapi ia ganti hanya dengan kalimat Tujuan saya disini masih sama seperti dulu. Karena sekarang Stevi sadar, Nata memiliki hati yang perlu dia jaga, Lena.

Jika dirasa, memang benar. Sekarang Stevi bagai kuah tak bergaram, ada rasa namun sedikit hambar.

Setelah siswi paling ujung menyampaikan tujuannya, dan tidak ada lagi anak yang belum menyampaikan tujuannya. Pak Komar mengatakan bahwa pemilihan orang orang terpilih akan ia umumkan hari senin, dua orang dari kelas sebelas dan tiga orang dari kelas sepuluh sama seperti tahun kemarin. Bukan berarti Stevi lega karena yakin lolos, dia sendiri masih was-was apakah dia bisa lolos atau tidak karena bisa saja orang lain lebih beruntung daripadanya untuk sekarang ini, bukan beberapa orang yang ikut tes pemilihan ini, puluhan siswa dan mereka tidak bisa diremehkan begitu saja.

••

Maaf keterlambatan publish, habis di revisi karena banyak yg typo hehe. Untuk part 19-21 jg ditunggu yaa^^

16 Mei 2016

Awareness: Is (not) The EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang