8. Darkness(1)

508 41 1
                                    

Minggu ini Nata mengajak Lena untuk makan berdua, bukan sekali ini saja Nata mengajak gadis itu makan. Namun hari ini hari yang special, bagi Nata. Karena dia akan membuat sedikit kejutan untuk gadis itu.

Dia sudah bersiap dengan motornya, saat melintas di perempatan jalan perumahan dia melihat satu orang yang sangat ia kenali. Nata mengurangi kecepatan motornya dan memanggil, gadis itu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Nata yang masih setia duduk di motornya.

"Mau kemana malem-malem jalan sendirian aja?"

Stevi menepi dan membiarkan sahabatnya itu mensejajarkan diri berada di sampingnya.

"Toko buku," jawab Stevi. Dia memperhatikan Nata yang memakai kemeja jeans dibalut tuxedonya.

Nata manggut manggut, dia mematikan mesin motor. Tangan kanannya mengambil rambut kuncir kuda Stevi lalu memainkannya seperti blush on yang ditempelkan ke pipinya.

"Kenapa nggak minta antar Seza?" Tanya Nata. Buat apa punya pacar kalo nggak di gunain.

Stevi mendelik, dia mengambil rambutnya yang masih berada digenggaman Nata.

"Dia pacar aku Nat. Bukan supir." Jawab Stevi kesal.

Cowok kalau udah menjadi pacar ya merangkap jadi apapun, termasuk supir. Tapi lain hal kalau pacaran dengan Stevi.

Pria itu mencibir, lalu dia menyentil dahi Stevi membuat gadis itu melemparkan satu pukulan cukup keras di lengan Nata.

"Oh berarti kamu anggep aku supir dong?"

Stevi menautkan alisnya, bingung dengan pernyataan dari Nata.

"Kamu kan suka minta dianter kemana mana sama aku," lanjutnya tak terima.

Stevi menampakkan jajaran giginya, membuat Nata menjulurkan lidahnya seperti melihat benda menjijikan.

"Kamu kan emang ojek nya aku Nat," ucap Stevi.

Nata mengangguk-angguk malas.

"Ayo cepet." Titahnya.

Stevi kembali dibuat bingung oleh Nata.

"Malah diem aja. Katanya aku ojeknya kamu? Ayo naik." Ucap Nata sekali lagi.

Stevi mengangkat kedua bahunya, heran dengan tingkah Nata. Tapi dia menuruti Nata untuk menaiki motor dan motor itu melesat pergi dari jalan perumahan. Lumayan kan ada tumpangan gratis irit ongkos.

••

Lena berdiri di depan gerbang rumahnya, sudah hampir 40 menit dia menunggu Nata namun pria itu tak menampakkan diri. Lena menarik napas lalu dihembuskannya dengan kasar, saat hendak berbalik memasuki rumahnya suara deruman motor terdengar menghampirinya. Lantas Lena berbalik dan menatap Nata yang sudah melepas helmnya.

"Sorry lama." Nata tersenyum. Sontak membuat kekesalan Lena hilang seketika. Dia mengangguk dan berjalan mendekati Nata.

Tadinya dia berpikir jadwal makan bersama pria itu kali ini gagal, namun ternyata tidak. Nata hanya terlambat 40 menit untuk menjemputnya. Setelah duduk manis di jok belakang dan berpegangan erat pada pinggang pria di depannya, dia menghirup aroma parfum yang sangat ia sukai dari orang yang dia sukai pula. Nata sudah menjalankan motornya namun tidak ada percakapan di sepanjang jalan, Lena hanya asyik menghirup aroma parfum dari tubuh Nata.

Mereka berhenti di lahan parkir salah satu kedai yang cukup ramai. Dia memarkirkan motornya, Lena lebih dulu turun dari motor kemudian disusul oleh Nata. Dia menggenggam erat tangan Lena, gadis itu beberapa detik terkejut mengakibatkan spot jantungnya berdetak lebih cepat namun sesudah itu dia bisa menormalkan degup jantungnya dan tersenyum simpul menatap tangannya yang digenggam oleh Nata.

Awareness: Is (not) The EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang