26. Pemilik Hati

578 34 6
                                    

Hari-hari di sekolah Stevi lalui seperti biasa, tanpa Nata. Dan hari ini, seleksi olimpiade sains nasional tingkat kota diselenggarakan. Untuk sejenak, Stevi bisa melupakan Nata.

“Gimana soalnya kak?” Tanya Fian ketika sudah keluar dari ruangannya. Mereka baru saja selesai mengerjakan soal-soal itu.

“Lumayan.” Jawab Stevi. Soal ini mudah bagi Stevi, karena dia memang sudah mempersiapkan sematang-matangnya.

“Ada yang lebih susah dari soal-soal kimia kak.” Ucap Fian.

Stevi dan Gladys menatap pria itu.

“Yang lebih susah itu mendapatkan tempat di hati kakak.”

“Modus!!!” Gladys menjitak kepala tak bersalah Fian.

Stevi terkekeh, “menurut kalian cinta itu apa sih?” tanyanya.

“Menurut ak—“

“Cinta itu, kayak aku cinta kakak.” Sambar Fian, memotong pembicaraan Gladys.

“Ish!” Gladys melipat kedua tangannya.

Fian terbengong menatap Gladys, “kenapa lo? Pms?”

“Diem! Nggak usah ngomong sama gue!” Gladys menerapkan mogok bicaranya pada Fian. Mereka tidak pernah akur, kayak Palestine sama Israel.

Tak lama Pak Komar datang dan menginteruksikan mereka untuk berkumpul. Setelah bergelut dengan soal mereka akan refreshing, Pak Komar mengajak mereka untuk berlibur di puncak Bogor, selama empat hari. Begitu pun dengan cabang pelajaran yang lain. Suara tepuk tangan riuh menandakan bahwa mereka menyukai ini, dispensasi dari sekolah adalah suatu yang jarang terjadi. Mereka senang, tidak untuk Stevi. Karena dia harus meninggalkan Nata untuk beberapa hari.

“Baiklah, sekarang kalian dipersilahkan pulang, besok pagi kumpul diruangan klub masing-masing untuk pendataan.”

Satu persatu mereka pulang, Stevi berjalan keluar dari gedung tempat mereka melakukan seleksi. Dia berjalan duduk di kursi depan gedung itu. Tidak ada niatan untuk pulang.

“Kak.”

Stevi menoleh, dia melihat Gladys duduk disampingnya.

“Nunggu jemputan?” Tanya Gladys.

Stevi menggeleng, “naik ojek.”

Gladys mengangguk, “bareng aja yuk? Bentar lagi Kakak Gladys jemput kok.”

“Nggak usah, ngerepotin.” Stevi tersenyum.

“Ngerepotin apanya, baru pertama kan..” Ucap Gladys terkekeh.

“Oke, oke. Kalo lo maksa.” Ucap Stevi.

Hening, Stevi sibuk dengan pikirannya sedangkan Gladys sibuk dengan handphone di tangannya.

“Dys.” Panggil Stevi.

“Ya?” Gladys merespon. Dia menatap kakak kelasnya itu.

“Menurut lo cinta itu apa?” Tanya Stevi, dia butuh pencerahan arti cinta menurut pandangan orang-orang.

“Cinta itu perasaan abstrak. Kalo lo cinta sama seseorang pasti focus lo tertuju ke dia, pasti berusaha bikin dia bahagia, berusaha bikin dia nggak kecewa sama lo.” Terang Gladys.

“Emang kenapa kak?” tanya gadis itu kemudian.

“Ah, enggak apa-apa. Kalo tipe cowok lo kayak gimana Dys?”

Gladys menggaruk tengkuknya, dia tersenyum malu-malu. “Semuanya ada dalam diri kak Nata.”

Stevi mengangguk, dia baru menyadari bahwa adik kelasnya ini menyukai Nata.

Awareness: Is (not) The EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang