25. Reality

282 28 4
                                    

Stevi berlarian melewati lorong atau koridor rumah sakit, senyumnya tak pernah luntur dari wajah cantiknya.
Setelah sampai di depan ruangan yang dituju sebelum masuk dia membenarkan posisi letak tas gendongnya.

"Nat, kamu tahu? Aku lolos masuk provinsi!! Minggu depan aku tanding lagi tingkat provinsi!! Keren kan?" Kalau saja dia lupa bahwa Nata belum sadar, mungkin dia sudah memeluk tubuh pria yang masih tertempel pacemaker itu di sebelah jantungnya.

Stevi duduk dikursi, senyumnya masih terpampang jelas.

"Kamu cepet sadar dong, nggak capek tidur mulu? Nggak capek apa tutup mata mulu? Nggak lihat apa ada cewek cantik yang lagi nungguin kamu disini?" Stevi berucap dengan smirk yang terpampang jelas.

Hening, lama kelamaan Stevi menunduk. Perlahan, senyumnya mulai memudar. Isakkan tak lama mulai terdengar.

"Entah, aku harus apa biar kamu bisa sadar. Aku bosen pulang pergi rumah sakit tapi kamu nggak bangun-bangun, aku- " Ucapannya terhenti karena suara getaran handphone diiringi salah satu lagu Shawn Mendes.

"Hallo?" Ucap Stevi, dia bangkit menjauhkan dirinya dari ranjang Nata.

"Lo kemana? Tumben langsung pulang? Disini ada ribut-ribut nih."

Stevi mengeritkan keningnya, "nelpon cuma mau bilang itu?"

"Bukan, Bukan. Seza ribut sama Vero! Mending lo cepet kesini!"

"Gue kesana, agak telat!"

Setelah menutup teleponnya, Stevi berpamit kepada Nata dan berlari kembali menuju luar rumah sakit, dia mencari taxi yang akan mengantarkannya ke sekolah. Dia tidak tahu mengapa kedua orang itu bisa ribut.

Stevi berlari memasuki gerbang sekolahnya, suara ribut terdengar dari arah parkiran. Ternyata orang bergerumbul membuat lingkaran, dengan mendesak-desakkan diri akhirnya dia sudah sampai di depan. Menyaksikan apa yang terjadi dihadapannya.

"Vero hentikan!!! " Pekik Stevi. dia berlari dan melepas cengraman tangan Vero dari kerah kemeja Seza.

"Apa-apaan? Lo malah bela dia?!" Bentak Vero, dia menatap kesal Stevi karena menarik tangannya dari kerah Seza.

Stevi tidak menjawab, dia hanya menatap tajam manik mata Vero. Tidak ada yang bersuara, yang menonton pun hanya menatap mereka bergantian. Mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya antara ketua osis dan para primadona sekolah.

"Lo tahu? Mobil yang nabrak kalian berdua? Itu mobil SEZA! Pacar lo itu!" Vero berteriak tepat di depan wajah Stevi membuat gadis itu tersentak kaget. Stevi menggeleng, Vero hendak memukul Seza lagi namun tubuh pria itu terhalang oleh Stevi.

"Gue nggak percaya!" elak Stevi. Dia berusaha mendorong Vero, menjauhkan Vero dari pacarnya.

Vero tersenyum miring, dia mundur satu langkah. "Coba lo tanya sendiri sama dia."

Satu-satunya yang bikin Stevi percaya adalah pengakuan dari Seza.

Dengan cepat Stevi berbalik meminta penjelasan pada pacarnya itu.

"Ya, Gue yang udah nabrak motor Nata. Lo ngira selama ini gue nggak cemburu sama Nata? Lo ngira gue diem aja dibalik layar? Lo pikir gue apa? Gue pacar lo, tapi tiap ada masalah lo selalu memanggil dan mengandalkan dia. Sedangkan gue? Kayak debu yang nggak berguna di mata lo!" Ucap Seza dengan tenang namun menusuk. Terlihat kekecewaannya terpancar saat menatap Stevi. Penjelasan yang sangat jelas itu mampu menohok hati Stevi, meruntuhkan segala kepercayaannya untuk pria itu.

Awareness: Is (not) The EndingWhere stories live. Discover now