16. It's happiness?

461 36 2
                                    

Motor Nata terparkir di halaman rumah Lena, gadis itu sudah turun terlebih dahulu disusul oleh Nata. Lena membuka pintu rumahnya, mereka masuk kedalam rumah bersama sama. Di dalam rumah, seorang wanita paruh baya sedang duduk di sofa membaca majalah berbalik menatap mereka.

"Sudah pulang?"

Lena dan Nata menyalimi wanita itu,

"Mau bunda buatkan apa nak?"

Nata tersenyum hormat pada wanita yang merupakan ibunda Lena. "Terima kasih bunda. Aku dan Lena akan keluar lagi sehabis ini."

Lena mengangguk menyetujui pernyataan Nata, setelah berbincang sebentar ia berjalan menuju kamarnya untuk berganti pakaian sedangkan Nata, ia duduk di sofa depan Hellena -Bunda Lena-

"Maaf ya nak, kalau Lena suka merepotkan."

Nata mengulum senyum, "tidak masalah Bun, memang itu sudah tugas Nata sebagai pacar Lena."

Kedua manusia yang berbeda usia itu saling bercengkrama jika dilihat mereka nampak akrab sekali, karena bukan satu atau dua kali saja Nata bertemu dengan Hellena tapi setiap dia mengantarkan Lena pulang atau seperti saat ini contohnya. Nata melihat secarik kertas, dia mengambilnya.

Pemadaman listrik?

“Ini surat pemberitahuan pemadaman listrik kemarin Nat, kemarin kalian masih main kan.” Bunda berkata lantaran Nata menatap kertas itu dengan serius.

“Iya bun, kita mau pulang dari kedai tapi hujan, jadi neduh dulu.” Jelas Nata.

Kemarin seperti biasa mereka makan, saat ingin pulang hujan besar tiba-tiba datang tanpa bisa dicegah. Tapi, kedai itu tidak mengalami mati listrik. Karena dalam surat pemadaman hanya untuk kecamatan Pesanggrahan dan kedai yang mereka singgahi tidak masuk dalam kecamatan itu.

Tunggu.
Nata baru sadar, rumahnya juga berada di kecamatan Pesanggrahan. Jadi kemarin apa Stevi tahu kalau bakal ada pemadaman? Apa Stevi baik-baik saja kemarin? Apa ada yang membawakan lilin untuknya? Apa gadis itu tidur dengan nyenyak? Dan sekarang, rasa bersalah Nata kembali muncul.

"Ayo Nat."

Nata melihat kearah Lena yang masih menuruni anak tangga, kemudian kembali menatap Hellena.

"Aku dan Lena pergi dulu bun."

Setelah kembali menyalimi Hellena mereka sama sama berjalan keluar rumah menuju motor Nata yang terparkir di halaman rumah.

"Pake dulu nih helm nya." Nata menyerahkan helmnya pada Lena, gadis itu menggeleng.

"Nanti rambutku berantakan, nggak mau."

Nata tetap kekeuh memakai kan helmnya pada kepala Lena.

"Kamu tetap cantik kok, helm ini buat jaga keselamatan."

Setelah berhasil memakaikan helmnya, Nata menepuk nepuk puncak kepala Lena yang sudah terpakai helm.

"Yuk."

Nata menaiki dulu motornya kemudian ia mengulurkan tangan kirinya yang diterima baik oleh Lena untuk membantu menaiki motor.

Mereka sampai di pasar malam yang cukup ramai. Sebelum mencoba wahana mereka pergi makan di angkringan yang ada disana, Lena juga membeli tahu crispy dan makanan ringan.

"Aku mau naik bianglala," ucap Lena antusias sembari menunjuk benda yang berputar. Mereka sudah menaiki hampir seluruh wahana yang ada disana.

Nata melirik arlojinya.

"Udah jam setengah sebelas malem nggak mau pulang? " balas Nata, tangan kanannya masih merangkul bahu Lena.

Gadis itu menggeleng dan kembali meminta untuk menaiki bianglala.

Awareness: Is (not) The EndingWhere stories live. Discover now