Televisi

5.2K 465 24
                                    


7 tahun kemudian.

"Mamah sama Papah pergi dulu, ya, sayang. Kamu mau ikut atau jaga rumah?" tanya Mamah sembari memasukkan barang keperluannya ke dalam sebuah tas merah.

Aku yang sedang asik berkutat dengan laptopku tak menghiraukan perkataan mamah.

"Dira, ayolah! Fokus dulu jika Mamah bicara padamu," tegur Mamah yang mulai geram.

"Eum, iya, Mah, Maaf. Dira di rumah saja," sahutku yang masih asik menulis sesuatu di laptop.

"Baiklah. Kalau ingin makan, pesan delivery saja. Mamah dan Papah pergi dulu. Assalamualaikum," salam Mamah sambil keluar dari kamar.

"Waalaikumussalam, Mah," jawabku.

Waktu menunjukkan pukul 09.15 malam. Aku telah melupakan semua hal jika sudah berkutat dengan dunia blog. Yeah, sekarang aku adalah seorang blogger. Walaupun tidak begitu terkenal.

Ting ....

Satu notifikasi mendarat di benda pipih bermerk apel keroak milikku.

Mamah

Sayang cepat tidur, besok hari pertama sekolahmu. Mamah menyayangimu ....

Aku tersenyum. Benar saja, aku hampir melupakan jika besok adalah hari pertamaku masuk ke jenjang Sekolah Menengah Atas. Ah, aku tidak bisa membayangkan. Betapa bahagianya aku nanti, ya?

Aku melirik laptopku.

Loh, kenapa mati?!

Cetak ... Cetek ....

Aku memencet tombol on/off berulang kali. Ah, menyebalkan! Pasti baterainya habis. Mengapa tak terpikirkan olehku, ya?

Aku pun bergegas mengambil charger laptop dan segera kucolokkan pada stopkontak.

Lalu, harus apa aku sekarang?

Bahkan hingga pukul setengah sepuluh pun aku belum merasakan hawa kantuk. Eum, mungkin besok-besok, aku tidak akan tidur siang lebih dari satu jam lagi.

Aku bergegas menuju kulkas dan mengambil semua camilan yang ada, membawanya ke depan ruang tamu dan menyalakan televisi. Aku terduduk dengan tenang dan mulai menayangkan film yang sekiranya bagus.

Anak bumi? Ah, aku tak mengerti alur ceritanya ....

Siapkah kau untuk sakit hati lagi? Ah, terlalu menayangkan percintaan. Aku tak begitu menyukainya. Aku kan hanya Nadira yang tak kenal cinta-cintaan yang terlalu berlebihan.

Artis? Waduh, tidak, deh!

Aku memutar acara khusus kartun. Ah, tepat sekali. Aku menyukainya, tapi tumben sekali malam-malam seperti ini ada kartun. Ah, sudahlah. Yang penting aku menonton kartun!

Stoples kripik bawang sudah berhasil ku lahap hingga ludes. Baru beberapa menit saja aku menontonnya, iklan sudah sibuk hilir mudik ditayangkan di televisi. Aku mulai bosan memandangi iklan yang muncul. Acara kartun tadi lama sekali hadirnya.

"Ah, bosan!" Aku pun mengganti channelnya dengan kesal.

"WAAA!!" Remote yang kupegang tadi, kini telah terlempar jauh dariku.

Aku menjerit ketakutan ketika acara televisi yang ku putar kini menayangkan pandangan melotot dari Bunda suzanna.

Pasti kau tahu, bukan?

"Astaghfirullah." Aku menutup wajah dan bergegas mencari keberadaan remot yang membuatku repot sendiri.

Nah, ketemu!

Bisikan Mereka ✔Where stories live. Discover now