Uji Nyali

4.3K 334 7
                                    

Pagi ini aku terbangun dari tidur pulasku. Semalam, aku pulang diantar Muhzeo sekitar pukul sepuluh. Karena notif bejibun dari beberapa penggemarku di blog, akhirnya aku memutuskan untuk membalas satu persatu komentar mereka hingga pukul dua belas malam. Alhasil, aku baru terbangun pukul sepuluh pagi setelah tertidur kembali sehabis sholat subuh.

Ceklek..

"Astaghfirullah anak gadis, kok baru bangun sih?" tanya Mamah sembari memperhatikan wajahku yang sudah menjadi jalur perlintasan menuju pulau kapuk, rambut yang acak-acakan, baju tidur yang sudah sudah lecak, dan nyawa yang belum terkumpul seutuhnya.

"Hehe, hoahem.... Selamat pagi Mamah cantik," sapaku sembari memperlihatkan deretan gigi putih yang bagi orang sangat menawan.

Mamah hanya geleng-geleng kepala melihatnya. "Mandi sana, Dira! Jangan lupa nanti sarapan, ya," ujar Mamah sembari mengecup keningku.

Aku hanya mangut-mangut dan bergegas pergi ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit konser di kamar mandi, aku langsung menggunakan pakaian dan bergegas menuju ruang makan.

Mamah menyambutku dengan senyuman memukaunya. Kubalas dengan sebuah kecupan singkat di keningnya.

"Habiskan, ya!" Mamah menatapku sembari membuat sebuah susu hangat untuk mengawali pagiku.

Aku hanya mengangguk dan mulai memakan nasi kebuli buatan mamah. Sungguh rasa rempah-rempah yang begitu memanjakan lidah.

Selesai makan, aku segera bergabung dengan Mamah yang sedang asik menonton TV. Hari minggu yang benar-benar membosankan.

Ting nong ....

Mamah hendak berdiri untuk membukakan pintu. Namun kutahan dengan cepat.

"Biar Dira saja yang buka," ucapku sembari menaruh bantal sofa yang sedari tadi berdiam di atas pahaku.

Ceklek ....

"Hei!" Sapaan dari Elsa dan yang lainnya langsung membuatku senyumku mengembang seketika.

"Mari masuk!" ajakku sembari membuka pintu dengan lebar.

Mereka segera bergabung dengan Mamah di ruang tamu. Aku memutuskan untuk membuat sirup markisa dan membawakan setoples biskuit selai kacang.

"Waduh, jadi enak, nih!" Paul nyengir sembari menatap makanan yang ada dengan mata berbinar.

Kulihat Elsa melotot ke arahnya dengan sangat tajam. Namun, Paul tak menghiraukan dan langsung mengambil kue biskuit dalam toples.

"Ngomong-ngomong, kita mau ikut uji nyali, nih. Lo mau ikut?" tawar Paul yang mewakili ucapan yang lain.

Aku melirik ke arah Mamah karena takut tak diizinkan. Ternyata tebakanku salah. Ia tersenyum dan mengangguk.

Wajahku langsung menampilkan senyum cerah seketika. "Ikut!" ujarku dengan sangat antusias.

"Kalau gitu, sekarang ganti baju. Kita akan berangkat ke sana sama-sama," ujar Muhzeo.

Aku mengangguk dan segera berlari ke arah kamar. Membawa setidaknya dua setel baju ganti, ponsel, earphone, beberapa camilan, dan sedikit kebutuhan make-up natural.

Setelah selesai bersiap, kami langsung meminta izin kepada Mamah dan bergegas masuk ke dalam mobil yang dibawa oleh Muhzeo.

"Jadi, kita akan ke daerah Cirebon karena kebetulan akan ada casting uji nyali di sana. Gua juga belum tau kita akan ikut uji nyali atau sekedar nonton-nonton aja, sih," terang Muhzeo sembari fokus mengemudi.

Bisikan Mereka ✔Where stories live. Discover now