Gua Sunyaragi

4.1K 338 1
                                    

"Selamat pagi, anak-anak!" sapa guru Bahasa Indonesia yang baru saja masuk ke dalam kelas.

Melihat sesosok guru telah hadir di depan kelas, anak-anak yang semula asik menggosip, bermain ponsel, berdandan, dan bermain game, mulai berlarian ke kursi masing-masing.

Aku menegur Muhzeo yang masih bergulat dalam mimpinya. Kebiasaan buruknya ketika sedang di dalam kelas adalah tidur.

"Sudah berdoa?" tanya Bu Ratna sembari menaruh buku-buku pegangannya.

"Sudah, Bu!" jawab kami serempak.

"Baik kalau begitu. Ibu akan beri sedikit informasi tentang study tour yang akan dilaksanakan sekitar 2-3 minggu lagi. Study tour kali ini, kita akan mengadakan kunjungan ke salah satu tempat di Cirebon-Kuningan, yakni Gua Sunyaragi. Lebih tepatnya kalian bisa cek di google, ya," jelas Bu Ratna tanpa menghilangkan senyum andalannya, yakni senyum yang sangat indah untuk dilihat.

"Ada yang ingin bertanya?" tanya Bu Ratna.

Kelas semakin berisik dengan hadirnya informasi study tour itu. Ada yang memutuskan pasti ikut, harus ikut, ada juga yang sedih pasti fix enggak akan ikut karena alasan ekonomi. Omongan Bu Ratna tadi seakan-akan hanya angin yang baru saja berlalu.

"Tidak ada? Ibu rasa cukup. Buka halaman empat puluh tiga dan kerjakan karangan sesuai yang diminta. Hari ini juga kumpulkan!" ujar Bu Ratna yang langsung memegang ponselnya.

Kelas mendadak ribut dan membuka bukunya kembali.

Muhzeo menatapku seperkian detik.

"Kenapa?" tanyaku yang tak enak melihat tatapan matanya yang terkesan menginterogasi.

"Lo ikut?" tanyanya.

"Eum-"

"Pasti, dong! Ya enggak, Dir?" Elsa merangkulku dan tersenyum.

Aku membalas tersenyum dan mengangguk. "InsyaaAllah," ujarku sembari berusaha mengerjakan tugas tadi.

"Tapi lo yakin mau ke sana?" tanya Paul sambil merapatkan barisan tempat duduk kami.

Hilmi hanya asik bermain game di ponselnya sambil mendengarkan sekilas.

"Yakin kenapa?" tanyaku.

"Di sana banyak makhluk tak kasat mata gitu, 'kan? Terus-"

"Di semua tempat juga ada kok. Contohnya kayak yang di belakang lo."

Dubrak ....

"Ya Tuhan! Ya Tuhan! Demi apa lo, Dir? Usir! Cepat usir, kambing!" Paul terduduk lemas sehabis menjatuhkan dirinya ke lantai karena refleks tadi.

"Cowo kok penakut. Bercanda aja, kok," ujarku sambil tersenyum.

Sejujurnya aku memang tak melihat apa-apa. Aku hanya ingin memastikan, sebetulnya Paul itu penakut atau bukan.

"Asem lo, Dir!" gertak Paul sambil duduk kembali.

Aku masih tertawa kecil dan terduduk tenang.

"Jadinya lo ikut?" Muhzeo terlihat membuka buku dengan malas.

"InsyaaAllah, kalau mamah dan Paman memperbolehkan," sahutku sambil mengerjakan tugas mengarang kembali.

"Semoga saja boleh, ya." Elsa tersenyum ke arahku.

Aku hanya tersenyum. Entah mengapa akhir-akhir ini aku terlalu malas menanggapi ucapan orang.

👀

Bisikan Mereka ✔Where stories live. Discover now