Terungkap!

2.9K 256 8
                                    

Author Pov.

Malam telah menunjukkan pukul delapan malam. Namun, tidak ada tanda-tanda kepulangan Dira ke rumah.

"Seharusnya gua enggak ninggalin Dira di sekolah! Bodoh!"

Brugh ....

Muhzeo menonjok tembok dengan keras. Semua sama-sama kaget dan bingung ketika hingga petang seperti ini, Dira belum juga pulang.

"Sudah, Ze. Jangan begitu." Elsa mencoba untuk menenangkan Muhzeo yang sudah tampak kalap dengan cara mengelus pundaknya perlahan.

"Gua bodoh, 'kan? Gua enggak punya otak sama sekali! Udah tau dia lagi diincar, kenapa dengan bodohnya gua ninggalin dia sendiri?!" Semua mulai sedikit terkejut saat melihat Muhzeo menangis.

Semua sama-sama paham kalau hilangnya Dira menjadi sebuah malapetaka. Apalagi pembunuh Hila belum dapat diketahui.

Dari situ semuanya mulai tau kalau Muhzeo benar-benar mencintai gadis yang tengah dicarinya ini. Ia tak pernah sedikit pun terlihat menangis hanya karena hal sepele.

"Argh!"

Kami sama-sama menoleh ke arah Paman yang nampak memegangi-lebih tepat meremas-kepalanya.

"E-enggak! Enggak mungkin!" Ia terlihat sedikit frustasi.

Saat itu juga kami langsung mengerubungi dan membawanya untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Ada apa, Kak?" Violin terlihat bermata sembab. Sedari tadi ia hanya bisa menangisi anak perempuan yang sangat dicintainya itu.

"Anakmu! Anakmu, Violin!" Tubuh Paman terlihat sedikit gemetar. Kami semakin panik dengan apa yang ingin Paman ucapkan.

"Cepat ucapkan, Paman!" Kak Kenan juga telah menangis. Semua mulai panik dan bingung harus mencari ke mana lagi.

"Dia ... dia dalam bahaya. Bahaya ini lebih parah lagi dari yang biasanya. Rohnya akan diambil jika kita tidak bergerak cepat!" Sehabis mengucapkan itu, tubuh Paman menjadi lemas seketika.

"Astaghfirullah!"

Mamah terlihat panik luar biasa dan menutup mulutnya.

"Kita harus bertindak cepat!" Sedari tadi Elsa juga terlihat panik. Semua teman dekat Dira-selain dirinya-dihubungi satu-persatu.

Berita malam ini.
Telah ditemukan sesosok mayat dengan ciri-ciri memakai baju seragam yang sudah tidak utuh habis terlindas truk minyak bermuatan setengah ton. Sampai saat ini, kami belum mengetahui di mana keluarganya. Identitasnya sedikit terbatas.

"Jangan-jangan itu ... Dira!" Hilmi menunjuk pada layar televisi yang sedang menyala.

"Hus! Enggak mungkin! Dira pasti masih hidup!" Paul membantah perkataan Hilmi walau pada kenyataannya, ia sendiri pun tak tau keadaan Dira.

"Bismillah, lebih baik kita berpencar! Muhzeo dan Elsa, ikut paman cari di mana Dira. Violin, Kenan, Paul dan Hilmi, coba kamu telusuri ke TKP kejadian kecelakaan itu. Tolong kerjasamanya, ya! Dira sedang dalam bahaya." Setelah adik iparnya memberikan air putih, Paman terlihat mulai segar bugar kembali.

Kami sama-sama mengangguk dan segera pergi melaksanakan tugas masing-masing.

👀

"Kamu pintar dan manis. Kita akan dapat penambahan umur setelah ini, hahah." Ucapan seseorang wanita berjubah merah membuat tersandera semakin panik.

"Dan tentunya kita akan makan besar!" ujar si pembunuh Hila.

"Waktu tinggal tiga jam lagi. Siapkan diri kalian untuk melakukan ritual ini! Kita butuh banyak energi yang akan terkuras. Demi Iblis, aku akan bertambah cantik lagi tentunya, hahahah!" Semua yang ada di dalam sana sudah bersorak-sorai gembira.

Bisikan Mereka ✔Where stories live. Discover now