Villa Delia'2

3.5K 325 15
                                    

Aku terkaget-kaget saat melihat yang lain membawa barang yang lumayan banyak sembari mengikuti Paman. "Kok tumben bawa barang banyak? Mau ke mana?" tanyaku pada Paul, Muhzeo, dan Hilmi.

Yups, Hilmi sudah sembuh.

"Paman ingin pergi ke villa Pak Renal. Itu ... bapaknya sepupu Elsa, 'kan?"

Aku mengerutkan kening. "Loh, kenapa memang Paman?" tanyaku.

"Okta ditemukan dengan tubuh penuh luka sayatan di tangan dan leher saat terkapar di kamar mandi. Lalu, ada luka memar juga seperti habis terjatuh," jelas Paman sembari mengemasi mobilnya.

"Astaghfirullah, Elsa sudah tau, Paman?" tanyaku.

"Sudah. Kemarin dia langsung ke rumah sakit menjenguk Okta," sahut Paman.

Paman yang semula sibuk bergerak, kini langsung terdiam dan menoleh ke arahku dengan tatapan yang agak berbeda. "Paman sangat butuh bantuanmu kali ini, Dira. Kamu harus bisa bercengkrama dengan hantu Delia itu atau jadi perantara agar ia bisa berbicara langsung dengan Paman. Tenang saja, Paman akan berjaga-jaga."

"Apa?! Dira enggak akan kuat, Paman!"ujarku sembari menunduk.

"Kamu bisa, Dira! Demi keselamatan Okta. Dia termasuk temanmu juga, bukan?" Paman tersenyum sembari menaruh harapan besar kepadaku.

"Kemarilah! Paman ingin sedikit memberi bekal pada dirimu agar hantu Delia tak akan melakukan yang macam-macam pada tubuhmu." Paman melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an sembari menekankan pada beberapa bagian tubuh tertentu.

Setelah selesai, kami bergegas untuk melakukan perjalanan menuju villa itu.

"Untung anda segera datang hus ... Huft ... Huah." Wajah pucat dan suara helaan napas Om Renal membuatku dan juga yang lain agak kebingungan.

"Ada apa, Pak?" Paman menepuk-nepuk pundak Om Renal untuk sedikit menangkannya.

"Hantu itu ... mari ikut saya!" Om Renal Masuk kembali ke dalam rumah. Ia membuka sebuah kamar yang sepertinya memang merupakan kamar yang dihuni Okta.

Ketika kami masuk ke dalamnya, aku disambut dengan ruangan ungu bercorak khas perempuan.

"Lihat itu!" Tangan Om Renal menunjuk ke arah boneka beruang berwarna orange dengan tangan yang bergetar.

"Okta menemukan boneka itu di loteng," jelas Om Renal.

"Boneka itu dijaga Okta dengan sangat baik," tambahnya.

"Tapi ketika saya pulang ke rumah untuk mengambil perlengkapan untuk di rumah sakit, boneka itu terjatuh. Saya parno ketika ...." Omongan Om Renal dijeda.

Paman mendekati dan memegang boneka itu.

"Tengok bagian belakang!" perintah Om Renal.

Betapa terkejutnya kami saat melihat boneka itu ditumbuhi oleh rambut.

"Kalian tahu itu rambut siapa?" tanya Om Renal.

Kami terdiam.

"Itu rambut Okta! Wangi rambutnya, gelombang rambutnya, sama persis!" Om Renal langsung terduduk dan menangis di lantai.

Setegar-tegarnya lelaki, pasti ia akan menangis karena keluarga.
Dan Itu pasti.

"Tenang, Pak Renal. InsyaaAllah, saya akan membantu menyelesaikan permasalahan ini," ujar Paman sembari menepuk pundak Om Renal.

Hrgh ....

Kenapa ini? Kenapa semua gelap? Aku, aku kenapa? Kenapa aku enggak ingat apa-apa? Aku di mana? Mamah, Papah, Paman, tolong aku!

Bisikan Mereka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang