Prolog Cupu Ganteng.

111K 7.4K 709
                                    

•this story is copyright penyihir cantik.
Desember 2020/sedikit lupa tanggal dan bulan.
//versi revisi//

Lelaki remaja itu mengeratkan pegangan pada tas pundaknya, ia benci harus pindah sana-sini hanya karena dirinya yang cupu dan pengecut tak bisa melawan temannya yang memukulnya. Klasik saja, Gana menolak mengerjakan PR temannya berakhir brankar, huh, bahkan bukan teman! Ia bukan anak SD yang menyebut manusia-manusia yang satu sekolah dengannya dengan sebutan teman.

Gana Zyni Angkasa, laki-laki tinggi sedikit bungkuk karena posisi duduk yang tak benar juga kebiasaan jalan menunduk. Sesekali Gana membenarkan posisi kacamatanya saat dirasa tak nyaman. Klasik, gaya Gana terkesan cupu dengan kacamata bertengger di hidungnya, buku di tangannya dan gaya rambut yang dibelah di tengah semakin menambah kesan ke-cupuannya.

Gana celingak-celinguk mencari makhluk hidup yang saat ini ia butuhkan untuk mengetahui di mana ruang kepala sekolah. Ia sedikit tersenyum saat matanya menangkap tiga perempuan tengah mengobrol, ia akhirnya berjalan ke arah mereka dengan langkah sedikit ragu.

"Pe-permisi."

Suara Gana memang seperti itu, ia terlalu gugup berhadapan dengan orang baru. Bahkan ia sudah meringis melihat respon ketiganya yang hanya mengangkat alis dan melanjutkan obrolan.

"Iya beneran, kemarin gue nonton konsernya."
"Ihh ben-"

"Pe-permisi."

Sekali lagi Gana mencoba bertanya dan bergabung ke dalam obrolan. Bukannya tenang dan bersyukur ada yang me-notice dirinya, ia malah gugup setengah mati saat ditatap penuh ketajaman oleh salah satu perempuan itu.

"Siapa lo pake motong dan ganggu obrolan kita!" sentak perempuan ber-nametag 'Triana Debora' itu padanya. "Gana lagi urgent malah sempet-sempetnya baca nametag."

Gana menggeleng takut dan panik. "Bu-bukan gitu Kak." Gema yakin ketiga perempuan di depannya ini adalah kakak kelas yang semena-mena, astaga selalu saja ada yaa kakak kelas seperti itu di sekolah.

"Uhhh lo- takut ama gue?" tanya Triana-Triana itu, ia maju mengitari bahu Gana dengan gaya sombongnya, tak lupa senyum usil menghiasi bibirnya.

Gana menghela nafas. "Ohh! Lo berani nunjukin ekpresi gitu ke kita!" gertak salah satu dari mereka yang bername-tag 'Stheffani Kalyani'. Gana mengerjap kala sadar bahwa ia kembali mengintip nametag kakak kelas tukang bully ini.

"Bentarr! Bentarr! Jangan bilang ... LO ANAK BARU ITU LAGI?"
"Whaatt!"
"Apaaa!"

Triana dan Stheffani membelalak mendengar ucapan menerka-nerka dari teman mereka yang ber-nametag 'Gabriella Asyura' itu. Gana hanya mampu meringis karena ia bertanya dengan manusia salah.

"Ihhh gue kiraa se-ganteng Lin Yi."
"Mending lo Fan! Gue udah ekpetasi dia jadi Bright ... kenapa pangeran kodok yang muncul!"
"Heh Triana, Fani! Gue parahnya udah siapin muka ganteng Lee Min ho tau!"

Gana menyerngit tak paham, ia hanya butuh kantor dan kepala sekolah! Bukan drama seperti ini, ia cukup tersinggung juga tadi ... apa katanya? Lin Yi? Bright? Lee Min Ho? Bukannya ia lembih tampan! Heii Gana! Berhenti ngelantur.

"Ma-maaf, saya ha-hanya bertanya ka-kantornya?"

Ketiganya mendelik tajam dan menatap Gana sinis. Gana menggaruk lehernya saat Triana maju masih memepertahankan tatapan sinisnya.

Triana terpaku, mengamati wajah berpigmen putih khas Indonesia yang gak putih-putih amat terasa pantas mengisi warna laki-laki culun itu, penampilan terlalu rapih dan kacamata yang malah Triana lihat semakin menambah kadaar kegantengan.

"Astaga Triana! Pikiran lo apa-apaan sih!" Triana mencoba menyangkal pikiran tentang ketampanan Gana, namun ia tak kuasa menahan senyumnya saat Gema semakin menatapnya bingung.

Triana maju selangkah lagi, ia mencondongkan wajahnya membuat Gana sedikit mundur. Bau Gana khas, ia masih bisa menghirup bau yang membuatnya tenang itu, ia yang semula terpejam mendalami wangi khas Gana kini membuka mata dan tersenyum genit.

"The power of love, tiga detik lalu benci sekarang cinta."

Gema menyerngit mendengar pernyataan tak masuk akal gadis genit di depannya, tidak ada yang merasakan cinta sesingkat itu!

"WHAAT!" Belum sembuh keterkejutan Gana, kedua sahabat Triana berteriak dan menatap tak percaya Triana yang masih asik tersenyum leleh menatap pria yang tiga menit lalu ia tetapkan sebagai orang yang ia cintai.

"Nama kamu siapa? Ohh malu-malu yaa! Euummmm eeee- Abaang ... aku panggil kamu Abang yaa saayaang, kamu tahu teori mencintai sebenarnya dari aroma bukan fisiknya? Aku menemukan banyak alasan mencintai kamu dari aroma, fisik dan hati kamu."

Biarkan Gana pingsan sekarang! Bagaimana bisa ia digombali perempuan saat pertama kali masuk, mana sangat puitis lagi perkataannya, Gana hanya mampu menggaruk lehernya lagi-lagi dan lagi saat salah tingkah melanda.

"Tri! Gila lo! Selera lo turun drastis!" Itu suara Gabriella yang menatap Triana sembari bergidik emm sepertinya bergidik jijik. "Dia gilaa Gab! Bawa RSJ," timpal Stheffani membuat Triana semakin memutar bola mata malas.

"Ka-"

"TRIANA AND THE GENG! SAYA SURUH KALIAN PEL LAPANGAN!"

Kalo itu Bu Santi, guru yang banyak tingkah aneh dan nyeleneh, terbukti saat dengan suara cemprengnya Bu Santi berteriak padahal ia seorang guru, guru BK lagi. Sekarang ia berlari menenteng roknya di koridor demi mengejar Triana dan dua sekawannya padahal mereka hanya diam dan menatap bingung Bu Santi.

"Kalian ini! Hossh ... hoshh gak-"
"Sabar Bu! Atur nafas dulu! Masih panas ini Bu, saya gak boleh ke lapangan saya sakit."
"Hossh- heleh! Itu alasan kamu doang Gabri ... ga-"

Belum sempat Bu Santi mengatur nafasnya, ia menatap tajam Gana ditambah tatapan menilai. Ia selanjutnya menatap Triana dan menaikkan alisnya.

"Ini siapa lagi nih? Oh kamu manggil komplotan Triana!" tuduh Bu Santi membuat Triana menggeleng tak terima. "Ini Abang, ini cinta pertama dan terakhir Triana."

Bu Santi membelalak, namun sesegera mungkin berubah menjadi ekpresi malas. "Kamu juga dihukum karena kamu cintanya Triana!"

"Bu-bukan Bu! Sa-saya murid baru."
"Ohh komplotan Triana dari luar sekolah, terserahlah! Setelah pel lapangan kamu ke ruang kepsek ... kamu tinggal lurus terus belok kanan!"

Bu Santi akhirnya pergi masih dengan mulut kumat-kamit sementara Gana membelalak tak percaya, ia menghela nafas lelah ... bagaimana bisa hukuman disini adalah mengepel lapangan? Astagaa.

"Ayoo Abangku, cinta Triana ... kita bersama-sama lawan medan perjuangan berupa pel dan lapangan! Kita pas-"

"TRIANAA!"

Kedua sahabat Triana berdecak sebal dan memilih mendahului Triana yang sibuk melontarkan kata-kata tak bergunanya pada Gana.

"Kira-kira tahan berapa lama cinta Triana ke tuh cupu?"
"Gue jamin hari ketiga udah 5 watt."
"Ahahaha aduh perut gue sakit ketawa mulu."

Happy prologue:>

Cupu Ganteng [LENGKAP]✅Where stories live. Discover now