H

23.7K 2.8K 234
                                    

Penyihir Cantik.

Suara-suara perut lapar terdengar bersahutan di kantin, ada yang berebut kata 'bu saya dulu' ada yang menggibah, ada pula pedagang yang meminta sabar para manusia kelaparan ini. Bell istirahat kedua SMA Bulan menyala, tanda bahwa para murid terbebas dari siksaan.

Gabri memekik, ia menggebrak meja tak percaya semakin menambah riuh kantin sekolah ini. "Kok mau aja sih? Lo lagi gak rekayasa adegankan?"

"Yee syirik lo! Beneran kok kemarin gue dibeliin baju, diajak ke kota tua, bahkan dengan manjanya dia curhat all about privasy." Triana tersenyum bangga walau ceritanya dilebih-lebihkan tapi itu semua memang fakta, ia meminum minumannya sementara Fani dan Gabri sudah menggeleng tak percaya.

"100 persen kebohongan," sahut Fani mengedikkan bahunya. Tentu saja tidak akan ada yang percaya bualan Triana. "Terserah, by the way ... gue udah pesen ponsel yang kaya diaa lho ... kira-kira jatuh cinta gaak yaa." Triana tsrsenyum manis, ia yakin Gana pasti suka padanya karena ia membeli ponsel yang sama dengan Gana.

Fani dan Gabri mendengus, ada-ada saja memang Triana. "Emang lo tahu bibit bobot bebotnya? Pake acara jatuh cinta? Kalo misalnya dia pembunuh bayaran? Mampus idup lo!" Fani mengomel, ia tak habis pikir dengan Triana yang sangat ceroboh dalam mencintai orang.

"Ck! Ada dua kemungkinan orang jatuh cinta! Pandangan pertama atau karena terbiasa, biasanya yang dahsyat ya pandangan pertama," sahut Triana santai sembari menopang dagu membayangkan Gana gantengnya, bahkan ia sudah tersenyum-senyum.

"Cantik tapi bodoh," umpat Gabri, Triana mengerucutkan bibirnya entah kenapa semua tidak ada yang mendukungkan menyukai orang alim seperti Gana.

"Pusing gue liat kalian, mending gue ngapel ... byee ... yuhuuu Bang Gana i'am coming." Triana berdiri, ia berjalan sembari melompat meninggalkan Gabri dan Fani dengan mulut menganga.

"MAU NGAPAIN LAGI LO!"
"COLONG HEART BOLEH KALI!"

Gabri menatap horor Triana yang hanya berbalik sekilas, selanjutnya ia menatap Fani yang juga memegang kepalanya pusing.

"Triana!" Fani menggeram, ia tak habis pikir. "Beneran Triana suka Gana-Gana itu?" sambung Fani dengan wajah jengkel.

"Ganteng sih." Sahutan Gabri mau tak mau Fani angguki, memang ganteng.

"Tapi cupu." Kompak keduanya mengatakan hal itu membuat semua kantin menatap mereka, Fani dan Gabri hanya acuh kemudian sambung tertawa.

-----

"Dorr!" Triana mengagetkan Gana yang hanya seorang saja di kelas ini, Gana tampak mengelus dada dan menoleh ke belakang, ke Triana yang dengan seenaknya memegang bahunya.

"Kenapa?"
"Mau ngapel gebetan."

Gana hanya menaikkan alisnya dan melanjutkan aktivitasnya, Triana yang melihat itu mencebikkan bibir ia dengan grasak-grusuk duduk di samping Gana.

Triana tanpa kata memajukan wajahnya ke arah samping wajah Gana, tepatnya telinga Gana. "Ginikan enak, nyaman." Triana tanpa aba-aba memeluk lengan Gana dan menyenderkan kepalanya. Gana hanya bisa pasrah, lagi-lagi ia melanjutkan membacanya tanpa membalas atau menghiraukan Triana.

"Pulangnya anterin Triana yaa, pake GaVe apa Krok hari ini?"
"Semalam bukannya kamu menyebut VeGa?"

Triana terkekeh, ia mengangguk lalu mendongak menatap Gana yang masih fokus dengan bukunya. "Triana gak tahu itu cowok apa cewek, jadi netral aja Triana namain GaVe, Gana Vespa."

Cupu Ganteng [LENGKAP]✅Where stories live. Discover now