A

60.7K 5.6K 759
                                    

Copyright Penyihir Cantik.
•tahe kuching rasha eskhrim shaat jathuh chinta.

"Kemanaaaa lagi tuh cupu!" desis Gabri membuat Fani mengangguk, mereka memang menunggu cinta pertama Triana yang melehoy dan lettoy itu untuk membuat basah seisi lapangan dan mereka duduk santai.

Triana hanya mendengus, ia tahu mereka memiliki akal licik terhadal untuk menyiksa Abang cupu baru nemu tersayangnya itu.


"Kalian gak usah berani-beraninya nyuruh pacar gue!"

"Selera lo kayanya kabur pas liat cupu, makanya bisa buta mata lo."

Fani mengejek Triana yang tengah mencelupkan pel-an itu ke ember, ia mengibaskan rambut semakin membuat Triana geram.

"Jan banyak ngomong! Gue cantik, itu aja ngomongnya!" balas Triana sambil terus mengepel lapangan yang mulai basah, namun hasilnya tetap saja nihil, lapangannya tak kunjung glowing.

"Gue kira setelah nempuh strata satu, otak guru agak berkembang. Kenapa makin parah, sampe nyuruh anak muridnya pel lapangan," protes Gabri. Pel-an yang dipegangnya melayang kucar-kacir membasahi lapangan tanpa keikhlasan.

"This is so hot! My skincareee." Triana merengek memandangi kulit tangannya yang mulai memerah. Tidak tahu saja perawatannya mencapai jutaan, ia bahkan sudah memegang pipinya takut bahwa bagian itu ikut terbakar.

"Kan kulit gue juga ikutan angus! Coba kalo ada cowok culun tradisional itu ... pasti kita udah minum terus duduk manis, balik polesin uang ke tubuh kita."

Fani mulai menggerutu, namun kali ini Triana mencebik. Mereka memang niat membuat cupunya kelelahan. "Kalian seenaknya nyuruh pacar gue, kalo dia ilfeel ke gue gara-gara kalian gimana?"

Dengan alay Triana memohon sembari mengerjapkan kedua matanya membuat kedua sahabatnya bergaya mau muntah.  "Tanpa kita yang buat, kayanya tuh cowok udah ilfeel deh," celetuk Gabri membuat Triana makin mencebik.

Saat asik bercekcok, Gana dengan muka gugup menghampiri ketiganya yang sudah berjemur di bawah matahari dengan pel-an yang bagian bawahnya di-keataskan sudah seperti tongkat sihir, kalau dilihat-lihat mereka memang seperti penyihir.

"Ma-maaf lama ... a-ada keperluan."

"Lama banget sih, Ucup! Denger yaa lo harus pel semuaaaa lapangan ini karena gue mau istirahat." Bak ibu tiri Gabri memberi perintah dengan santai menunjuk-nunjuk semua bagian lapangan, sementara disisi lain Triana sudah memerah marah seperti perbakar tak terima Gana diperlakukan seperti anak bawang.

"Aku bantuin kok sayaaaang, jangankan pel lapangan! Pel bulan juga aku bantuin."

Triana mengerjap-ngerjap caper, bahkan ia sudah bergelayut di bahu Gana. Lalu Gana? Apa yang bisa dia lakukan? Hanya tersenyum kikuk. Masalahnya ia tidak kenal dengan mereka kalo Gana cuek atau membuat masalah pasti ibunya lagi yang ikut terseret.

"Ck! Gak usah drama, ayoo ke kantiiiin!" paksa Fani menyeret Triana yang malah semakin mengeratkan pegangannya pada Gana, Triana mrnggeleng-geleng dramatis menatap melas Fani yang memutar bola mata jengah.

"Gue Juliet, cupu ganteng ini ... Romeonya! Masa Juliet ijinin Romeo kesusahan. Namanya bukan Romeo Juliet tapi Romeo Jubaedah nanti!" protes Triana.

Cupu Ganteng [LENGKAP]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang