Atasanku di Kantor

25 6 2
                                    

Berada di satu ruangan dengan atasanmu terkadang sebuah berkah, tetapi seringkali suatu kesialan. Yah, sebenarnya terlalu kasar, sih, jika aku bilang kesialan. Namun sebagai seseorang yang bertugas untuk mendesain tampilan suatu aplikasi atau web (tetapi aku yakin semua orang yang bekerja di bidang desain bisa relate), jika atasanmu lewat maupun mampir ke mejamu, pasti ada komentar seperti:

"Coba kalau warnanya hijau."

Tetikusku mengarah pada color wheel di layar, menggesernya ke warna hijau yang mungkin layak di pikirannya. Hening sejenak.

"Itu logonya jangan di sana, di sini aja."

Aku menurut. Namun belum selesai aku pindahkan sesuai yang diminta, tiba-tiba saja dia berkata hal seperti, "Kira-kira bisa selesai kapan?"

Aku mengedikkan wajah. "Mungkin Senin--"

"Sore ini kabarin saya, ya."

Aku hanya mengacungkan ibu jari. Kabari sore ini berarti tidak harus selesai sore ini, 'kan? Begitulah pikirku. Untung atasanku baik (atau mungkin dia sudah eneg sama aku, jadi dia iya-iya saja).

Sempat aku bercengkrama dengan ... kita sebut saja Mbak D. Oh, cerita sedikit ah soal Mbak D. Kebetulan sosok yang duduk di meja seberangku itu seorang desainer grafis. Kerjanya? Hmmm, membuat portofolio perusahaan, brosur, logo perusahaan, ID card (termasuk yang potret juga), kalau ada pertanyaan soal produk tanya ke beliau, mau buat desain flow chart atau apapun yang pokoknya desain bisa kontak dia baik dari perusahaan A sampai dua anak perusahaannya.

Keren, ya? Harusnya gaji beliau dibayar tiga perusahaan sekaligus. Nah, tahu fakta kerennya?

Yang bayar satu saja.

Nah, waktu itu aku sempat bilang (tentunya saat tidak ada atasanku), "Mbak, kayaknya seleraku sama [nama atasan] beda jauh, ya?"

"Sama, aku juga. Revisi terus."

Mana seruangan, jadi kalau atasanku menoleh sedikit, otak super lancarnya itu bisa menganalisis seperti, "Bagaimana ya supaya pekerjaan anak buahku makin panjang dan berat?"

Hehe, bercanda, kok. Revisi itu harus a̶g̶a̶r̶ ̶m̶a̶k̶i̶n̶ ̶b̶a̶g̶u̶s̶ ̶d̶a̶r̶i̶ ̶v̶e̶r̶s̶i̶ ̶s̶e̶b̶e̶l̶u̶m̶n̶y̶a̶ supaya sejalan dengan keinginan atasan.

Oh iya, kantor kita kecil. Lokasinya di ruko-ruko perumahan modern walau kita bergerak di bidang software serta penjualan produk yang tidak akan aku sebut apa, lalu bapak perusahaannya di bidang rental produk itu, yang satunya lagi ... anggap saja sampingan.

Jadwal kerjaku dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Dulu aku selalu on time, datang sebelum pukul 8. Namun karena pengalaman pintu ruko masih digembok sampai akhirnya seseorang hadir membawa kunci, biasanya jam 9, aku mulai sering sengaja telat. Atasanku? Biasanya pukul 11 sampai kantor, mengecek pekerjaan semua orang (sebenarnya 5 orang saja, aku sudah salah satunya), lalu pergi meeting di tempat lain.

Saat pekerjaanku dicek oleh atasan, rasanya itu seperti sedang diintai guru BK-aku pakai kaus kaki atau tidak? Apakah kacuku sudah dipakai dengan benar? Bedanya, kini yang dicek pekerjaanku. Dan pusingnya, penilaiannya abstrak. Bukan dari skala 1-100 seperti di sekolah, tapi dari skala, "Ini udah bagus, tapi kayaknya ada yang kurang." sampai, "Ok."

Bingung, jadi aku freestyle saja. Toh, katanya fake it until you make it.

Hanya saja, kalau atasanku (sepertinya) sudah frustasi karena otak tumpulku, jadinya beliau yang revisi sendiri. Aku melihat saja di sampingnya, lalu puji-puji (tapi memang bagus kok, pujianku tulus walau kadang membatin semoga aku lolos probation lewat jalur pujian).

Jadi, buat yang membaca ini, tolong doanya agar aku bisa lolos probation karena mengaggur lumayan tidak enak.

Semoga harimu menyenangkan dan tidak penuh revisi.

---

Tema: Buat cerita berdasaran profesi kalian saat ini.

Di sini aku berbicara soal profesiku kok w̶a̶l̶a̶u̶ ̶k̶e̶b̶a̶n̶y̶a̶k̶a̶n̶ ̶n̶g̶o̶m̶o̶n̶g̶i̶n̶ ̶a̶t̶a̶s̶a̶n̶ ̶t̶a̶p̶i̶ ̶g̶a̶k̶ ̶p̶a̶p̶a̶.

Pola Laju Masa LaluWhere stories live. Discover now