Ibu Ibu

1 0 0
                                    

"Ibu ...."

Senyum kecil merekah di wajah wanita yang kusebut ibu. Kulitnya putih, bersih. Wajahnya terbebas dari kerutan yang selalu ia keluhkan. Rambutnya hitam, legam, tak beruban.

"Kau terlihat sangat terkejut." Ibu tertawa kecil. Aku tak dapat membalas tawanya. Aku langsung memasuki kapsul bianglala itu, memeluknya hingga air mataku mengalir.

Semenjak ibu meninggal, aku tidak pernah membayangkan aku dapat bertemu dengannya lagi. Terlebih, di dalam kapsul bianglala yang muncul dari dasar sungai dengan latar langit malam bertabur bintang ... oh, dan bumi yang sudah terbelah menjadi tiga.

"Kau menangis seperti anak kecil saja." Jemari lembut ibu menyugar rambut tipisku, memberikan kehangatan yang sudah lama tak kurasakan. Aku membalasnya dengan pelukan yang lebih erat.

"Bagai," aku terisak, "bagaimana tidak?"

Ibu tertawa. "ibu paham," ujarnya pelan. "Jika ibu bertemu dengan ibu lagi, nenekmu maksud ibu, ibu juga pasti akan seperti itu ...."

Aku yang sedari tadi berlutut memeluk ibu mendongak, menatap sorot mata sedih wanita itu. "Bukankah ... kau bisa bertemu dengannya lagi?"

Ia menggelengkan kepala. "Ibu belum melihatnya sama sekali."

Aku menggenggam tangannya erat, menatap manik matanya yang kini berkaca-kaca. "Ayo kita cari nenek!"

---

Tema: Buatlah cerita yang di awali dengan kalimat terakhir cerita ke-5. Bagi yang tidak mengerjakan tema hari ke-5 silahkan menggunakan work peserta lain, jangan lupa memberikan credit.

Alias aku lanjutin dari cerita ke-5 aja hehe

Pola Laju Masa LaluМесто, где живут истории. Откройте их для себя