Buih Terakhir

3 0 0
                                    

Kegiatanku hari ini ditutup dengan ... meracik buih terakhir untuk anak yang selalu memasang tampang datar di warungku. Orang itu belum datang, tetapi ia sudah berjanji akan datang hari ini. Dia bukan tipe anak yang mematahkan janjinya.

Aku mengaduk bahan-bahan di hadapanku dengan gerakan memutar, membisikkan mantra bertaraf ringan yang sebenarnya anak berumur 12 tahun saja bisa. Namun bahan-bahan ini? Oh, butuh keahlian seseorang berpengalaman sepertiku yang bisa mendapatkannya.

Yah, walau kini aku sudah tahu mantra untuk memunculkan bahan-bahan itu secara instan dari penyihir asing dimensi seberang ... aku menikmati proses pencariannya.

Langit-langit warungku yang merupakan permukaan danau memercikkan sedikit air, memperlihatkan riak-tiak kecil yang perlahan makin banyak. Apakah hujan baru saja turun?

Tiba-tiba saja dinding di hadapanku terbuka, memperlihatkan seorang pemuda berwajah familiar dengan senyuman yang tampak asing di wajahnya. Aku kembali melanjutkan proses pembuatan buih, sedikit berkomentar, "Kau tidak cocok tersenyum seperti itu."

"Senyum yang biasa kau lihat pada diriku itu hanya ketika aku sedang meniup buih, jadi aku rasa wajar." Pemuda itu menyihir sebuah bangku untuk mendekatinya, lalu duduk. "Sayangnya minggu depan kau tidak akan melihatku lagi."

Aku menaikkan sebelah alis. "Bukannya yang berlaku justru sebaliknya?"

Pemuda itu mendecak. "Sialan, di mana lagi aku akan mendapatkan buih ...."

Aku memberikannya senyum tipis. "Selamat atas wisudamu, Loid."

---

Tema: Buatlah tulisan yang di awali dengan kalimat: "Kegiatanku hari ini ditutup dengan..."

Dadah Loid~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pola Laju Masa LaluWhere stories live. Discover now