Nusantara, 2075

7 3 0
                                    

Klub malam itu lumayan penuh. Tidak sepi, tetapi tidak begitu ramai pula. Cahaya rembulan bagaikan lampu paling terang, sementara lampu-lampu neon berwarna mencolok menjadi aksen yang turun meramaikan lantai dansa. Di tengah hutan gedung terbengkalai mereka menghabiskan waktu yang tak lagi berharga. Beberapa binatang-separuh-mesin terlihat berdansa, sementara beberapa bercengkerama di bar. Lagu yang diputar dari speaker rusak menggelegar, meredam teriakan serta tawa histeris dari mereka yang dilanda tekanan.

Namun mendadak senyap kala makhluk itu tiba. Binatang dengan empat kaki jenjang serta leher yang menjuntai ke langit, serta napas abu dari hidung peraknya. "Kalian tahu aturannya, bukan?" tanyanya angkuh. "Minggir!"

Binatang-binatang yang tadinya di tengah lantai dansa berlari keluar, memberikan tempat untuk makhluk itu berjalan menuju bar. Semua wajah menunduk, tetapi ekor mata masing-masing binatang melirik makhluk bertubuh jenjang itu mendekat ke arah bar.

Landak yang saat itu bertugas untuk membuatkan minuman meneguk ludah, berupaya berdiri tegak seraya berkata, "Apa yang bisa saya buatkan untuk Anda malam ini, Tuan?"

"Seperti biasa." Makhluk itu terhenti. "Cepat."

"Saya juga mau minuman yang biasa dia minum."

Senyap. Bahkan sang landak terhenti dari aktivitasnya. Semua mata kini mengarah pada makhluk kecil yang tiba-tiba saja sudah ada di samping makhluk tadi.

"Kau ... Kancil, bukan?" tanya makhluk itu. Kancil dengan kaki kanan berupa mesin itu mengangguk kecil, membuat makhluk tadi tertawa.

"Kau baru di sini?" tanya makhluk itu. "Kalau begitu biar aku sampaikan. Ketika aku sudah ada di sini, tidak ada yang boleh minum atau berbicara. Hanya aku. Mengerti?"

Kancil terkekeh, menjadikan tangan besinya sebagai tumpuan kepala kecilnya. "Siapa yang membuat aturan itu?" Ia menoleh ke arah landak. "Kalian?"

Sang landak membeku, tak berani menjawab. Mendadak suara dentuman terdengar, makhluk tadi menghentakkan kakinya.

"Dengar, tubuhmu itu kecil," ungkap makhluk itu seraya menatapnya sinis. "Aku bisa menaruhmu di atas reruntuhan gedung itu, atau bahkan pohon tua di sana dan mati kelaparan karena tak bisa turun."

Kancil tertawa. "Kau bilang itu seakan-akan kau bisa menangkapku saja."

"Oh, tentu aku bisa." Makhluk itu menggeram. "Kau mau coba?"

Lawan bicaranya hanya tersenyum tipis. "Coba saja kalau kau berani."

Tiba-tiba leher menjulang makhluk itu turun, berupaya menggigit Kancil. Namun Kancil gesit, ia menghindar lalu berlari ke luar kerumunan. Makhluk itu mengejar. Kaki jenjang yang dimilikinya melangkah cepat dan jauh, memotong jarak di antara mereka berdua.

Reruntuhan gedung-gedung menjadi halang-rintang bagi keduanya. Sebenarnya itu bukan masalah bagi Kancil. Tubuh kecilnya dapat menyelip di antara bebatuan, tetapi makhluk tadi hanya perlu melangkahinya. Kala Kancil berbelok untuk menghindari reruntuhan besar, baru saat itu Kancil dapat mendengar napasnya semakin memendek. Maka Kancil terus sengaja melakukannya.

"Awas kau!" Makhluk itu berteriak. Kancil hanya mendengkus. Iris kecokelatannya menangkap kunci dari permasalahan ini: sebuah reruntuhan besar dengan celah yang cukup besar. Ia pun berlari ke arah situ, tentunya diekori makhluk bernapas abu tadi. 

Celah itu gelap, tetapi Kancil dapat melihat celah kecil lainnya untuk keluar. Dua pasang kakinya bergerak cepat. Saat ia memasuki celah itu, ia menoleh ke belakang. Makhluk itu mengejarnya. Kancil terkekeh.

Ia dapat mendengar dengan jelas makhluk itu menyelip masuk dalam celah, menabrak bongkahan kasar semen yang telah hancur di langit-langit dan menahan teriakannya kalau kulitnya terkelupas karena tubuh besarnya tak mampu masuk lebih dalam. Kancil mempercepat larinya, berhasil keluar tanpa sedikitpun luka. Ia menoleh, bebatuan di atas reruntuhan itu bergeta, meruntuhkan bebatuan lainnya hingga celah yang baru saja ia lalui tertutup.

Kancil tertawa kecil. "Jerapah konyol."

---

Aku pengen bikin latarnya semacam distopia gitu, terus binatangnya udah kek cyborg. Cuma kayaknya gak cukup penjelasannya :')

Tema: Pilih salah satu fabel di Indonesia. Recreate dengan latar waktu tahun 2075.

Aku ambil fabel Kancil dan Jerapah 👍

Pola Laju Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang