Serigala

1 1 0
                                    

Sikutnya terluka, meneteskan darah merah yang segar di atas akar pohon yang licin dibasahi air hujan. Suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Lelaki kecil yang kini tengah menyembunyikan dirinya dalam ceruk tanah di bawah pohon besar bersimpuh. Tangisnya tak terdengar, terpotong hujan deras yang telah berlangsung sejak sore tadi.

Gemerisik dedaunan kering yang diinjak terdengar, pelan dan semakin dekat. Anak itu menahan napasnya. Ia masih ingat betul betapa dalamnya gigi serigala yang mengejarnya ke tubuh kakaknya. Padahal, keduanya hanya ingin bermain sebentar saja di hutan.

Namun hujan datang, dan mereka tersesat.

Bibirnya bergetar. Suara langkah serigala itu teredam hujan. Apakah ia sudah menjauh? Anak itu masih terlalu terguncang untuk bergerak.

Air dingin membasahi seluruh tubuhnya, mengebaskan rasa perih lukanya akibat terjatuh saat berlari. Ia menutup matanya erat-erat. Kepalanya tak henti berbicara pada dirinya sendiri.

Aku takut, aku takut, aku takut, aku tak-

"Apa kau tak apa?"

Anak itu mendongak, hendak melihat siapa yang baru saja mengajaknya bicara. Terlihat sosok pemuda dengan celana compang-camping berjongkok di hadapannya.

"Kau terluka," ucapnya. "Kau tinggal di desa dekat sini? Mau kuantar pulang?"

Anak itu mengangguk dengan cepat. Namun lidahnya kelu, ia belum berani mengeluarkan suara sedikitpun.

Lelaki itu membuka tangannya, mengisyaratkan sang anak bahwa ia akan menggendongnya. Anak itu menurut, menghampirinya dan memeluk leher pemuda itu dengan terlalu erat.

Anak itu memejamkan mata kala sang pemuda berlari menembus hujan. Ia dapat merasakan air dingin mengguyur dari ujung rambutnya hingga kakinya yang tak beralaskan apapun, hanya lumpur yang basah.

Tetesan demi tetesan itu turun makin deras. Sekilas sang pemuda berbisik, "Kita meneduh dulu." Namun yang diajak bicara sudah terlalu kedinginan untuk menjawab.

Suara hujan kemudian teredam. Anak yang digendong membuka mata, mendapati kedusnya kini meneduh di sebuah gua yang tak begitu dalam-ia masih dalam melihat ujungnya dengan kasat mata.

Sang pemuda menurunkan anak yang tingginya tidak memcapai pinggangnya. Ia menatapnya lekat-lekat. Suaranya terdengar dingin, "Kau tak apa?"

Anak itu masih terdiam, menyenderkan tubuhnya ke sisi gua. Ia menggelengkan kepala. Sang pemuda mendengkus.

"Maaf," pemuda itu, "aku lapar."

Anak itu mengernyitkan dahi, bingung. Namun sebelum ia sadar, kepalanya sudah dilahat oleh manusia setengah serigala itu.

---

Tema: Buatlah cerita dengan tokoh utama seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dari kejaran hewan buas. Tambahan, anak kecil di sini berumur sekitar 5-13 tahun

Pola Laju Masa LaluWhere stories live. Discover now