Mimpi Tentakel di Pipi

4 1 0
                                    

Suara jangkrik mengepung desa kecil Juan. Kayuh sepeda ontelnya pelan, menyusuri jalanan setapak dengan penerangan minim. Kelip bintang memenuhi langit, membuat Juan rela keluar walau celana panjangnya dinodai lumpur.

Cahaya lampu bertenaga kayuh sepeda ontel itu memperlihatkan sebuah papan kayu. Terukir beberapa kata di sana: Jalan buntu.

Cengir Juan melebar. Tak jauh dari sana, ia melihat kepulan asap, menandakan ada seseorang di sana. Lebih tepatnya, sosok yang ingin ditemui Juan.

"Levista!" teriaknya, menyenderkan sepedanya ke salah satu pohon di situ. kini di hadapannya merupakan kawah besar dengan sebuah piringan mesin yang hancur.

Tak jauh dari piringan raksasa itu api unggun berkobar, memperlihatkan makhluk berkulit biru dengan beberapa tentakel mencuat keluar dari pipi gembilnya. "Oh, Juan!" Mulutnya berbusa kala menyebut nama anak itu.

"Aku membawakanmu sesuatu." Juan melepas tas selempangnya, duduk di samping makhluk itu dan memperlihatkan isinya: satu plastik besar berisi marshmallow.

"Apa itu, Juan?" Levista mengelap buin di dagunya. "Sesuatu untuk memperbaiki pesawatku?"

"Bukan," Juan mengeluarkan dua stik kayu dari tasnya, "tapi sesuatu yang bisa kau makan agar kau tidak bosan!"

Mata makhluk itu membulat. "Menarik!"

Juan merobek plastik berisi lusinan marshmallow seukuran kepalan tangannya, menancapkannya ke ujung stik dan mendekatkannya ke api unggun. "Lihat dan pelajari, Levista." Juan terkekeh.

Levista masih duduk di samping Juan, bersender pada pesawat rusaknya seraya memperhatikan. Kala benda putih itu berubah warna, Juan meniupnya, lalu mendekatkan marshmallow itu ke mulut Levista.

"Buka mulutmu. Coba kau makan ini."

Levista patuh. Ia membuka mulutnya, lalu lidahnya melilit marshmallow hangat itu dan langsung menelannya.

"Oh!" Levista menepuk tentakelnya. "Enak, enak! Aku tidak pernah menyicip makanan seperti ini di planet Saturnus!"

"Nah, sekarang kau bisa membuatnya sendiri." Juan memberikan stiknya. Ia pun menaruh wadah marsmallownya di atas tanah, mengambils alah satunya kemudian menancapkannya ke stik baru.

"Omong-omong," Juan menatap makhluk di sampingnya, "kapan kira-kira pesawatmu bisa terbang lagi?"

"Aku tidak tahu pasti." Levista menancapkan dua marshmallow sekaligus ke stiknya. "Aku sudah mengirimkan sinyal bantuan. Ada mesin yang benar-benar rusak, harus diganti. Jadi aku harus menunggu mereka sampai ke sini untuk menggantikannya."

Juan menganggukkan kepala. "Berapa lama mereka sampai sini?"

"Aku tidak tahu--oh, bahkan tanpa dibakar rasanya sudah enak--mungkin beberapa saat lagi."

"Aku temani kau sampai mereka datang, ya?"

"Tidak usah, kau seharusnya di rumah."

"Aku belum mengantuk."

"Matamu sudah tertutup sebelah, Juan."

"Bohong ...."

Kedua mata anak itu terpejam erat hanya dalam hitungan detik. Saat ia terbangun, air liur sudah membasahi sarung bantalnya.

---

Ini lucu :3

Tema: buat tulisan yang mengandung kata sarung bantal, planet Saturnus, dan sepeda ontel ✨

Pola Laju Masa LaluTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon