Bintang Jatuh

2 0 0
                                    

Tepat tengah malam lalu, terdapat suara desing hebat di atas langit. Jendela demi jendela istana bagian selatan, asrama para murid, terbuka satu per satu. Manik-manik mata penuh rasa penasaran itu mendapati dua bintang jatuh yang meninggalkan dua ekor keemasan di atas langit.

Tentunya desas-desus mengenai dua bintang jatuh itu muncul dari terbitnya matahari, memenuhi ruang makan, ruang kelas, bahkan ruang guru yang mana hari itu merupakan hari yang sial bagi guru astronomi karena ia harus memberikan penjelasan yang sama berkali-kali.

"Tafsiranku tidak 100% benar," ujarnya parau kala lusinan murid mengerubunginya, "tetapi itu merupakan pertanda akan kedatangan sesuatu yang ... bisa jadi baik ataupun buruk, tetapi dampak itu akan besar."

Kepala-kepala saling menoleh, menatap satu sama lain. Para murid mengutarakan kekaguman, beberapa mendecak tak percaya, beberapa lebih memilih untuk pulang lebih cepat karena penjelasan itu hanya menghabiskan waktunya yang berharga.

Salah satunya Loid yang kini tengah berjalan cepat di bawah langit jingga sore, menepis sapaan teman-temannya yang hendak mengajaknya pergi ke suatu tempat. Namun teman-temannya maklum, Loid merupakan sosok yang selalu memiliki rencana ataupun kesibukannya sendiri. Yah, setidaknya pemuda itu sudah berbaik hati sering berbagi contekan tugas maupun ramuan.

Kala ia melewati gerbang, matanya menatap tajam baju zirah yang tak bergerak. Namun zirah itu tak berkutik. Ia tersenyum puas, lalu melanjutkan perjalanannya.

Hari itu merupakan hari yang membosankan, maka ia memutuskan untuk sedikit memberi percikan sebelum hari berakhir.

Hanya dalam beberapa menit, ia sudah berada di ujung gang favoritnya. Jemarinya mengelus dinding di ujung gang itu, dari atas ke bawah, seraya menggumamkan mantra yang asing. Bebatuan di dinding itu pun menjatuhkan diri, satu per satu, lalu memperlihatkan danau raksasa keemasan di hadapannya.

Loid melangkah masuk, meninggalkan bebatuan yang mulai menyusun dengan sendirinya di belakang. Kala kakinya menapak tak jauh dari danau, tepian air keemasan itu terangkat, menyingkap sebuah ruangan kecil di dasarnya. Dilihatnya pria tua yang bergeming di balik meja, seakan-akan sudah menunggu kedatangannya.

"Bagaimana kabarmu, Pak Tua?" Lelaki itu menyihir sebuah bangku, membuatnya berjalan cepat menujunya. Ia pun duduk di atas bangku itu. "Jika kau berbicara satu pun kata tentang bintang jatuh semalam, aku akan pergi."

"Aku punya kabar yang lebih baik." Pria tua itu tersenyum lebar, memperlihatkan sederet gigi taringnya. Loid menatapnya penuh minat. Pria itu pun berbalik, membuka sebuah laci dari puluhan laci-laci dengan ukuran tak teratur di belakangnya.

Pria itu pun menaruh sebuah stoples berisi tentakel, telah dipotong-potong sedemikian rupa sehingga terlihat cairan lengket menetes ke dasarnya. Loid bergidik.

"Apa-apaan itu?"

"Ini bintang jatuh semalam, dua alien bertentakel entah dari planet mana ... aku ambil keduanya, dan aku sudah memakan salah satunya." Pria itu tampak puas. Loid merasa ia dapat muntah kapanpun.

"Singkirkan benda itu dari hadapanku," ia mendecak kesal, "dan berikan aku buih seperti biasanya."

Pria tua itu mendesah sebal. "Baik."

---

Tema: Buatlah tokoh cerita hari ke-3 kalian bertemu dengan tokoh cerita hari ke-15!
Jika kalian tidak mengerjakan tema hari ke-3, silahkan pilih tokoh cerita hari ke-2 atau hari ke-4

Bocil penyihir ketemu alien habis nyoblos 🙏🏻

Pola Laju Masa LaluWhere stories live. Discover now