The Duke's Darkside |23|

5.3K 350 38
                                    

Sebelumnya ....

"Apa kalian sudah mendengar kalau Sir David meninggalkan perjamuan penting ini?"

"Hey, mana mungkin! Kau jangan mengarang sebuah fiksi. Nilai sastramu saja masih di bawah rata-rata!

"Tapi aku mengatakan sebuah kebenaran!!"

Sayup-sayup dari kejauhan, Gilbert mendengar beberapa maid yang sedang membicarakan tentang David. Karena hal itu pula, pria paruh baya itu tidak bisa menikmati sandwichnya dengan baik.

Sungguh pelayan tidak tahu diuntung! Bisa-bisanya mereka menggosipkan tuan mereka sendiri! Terlepas apa yang disampaikan mereka benar atau tidak, menggunjingkan orang lain adalah perbuatan yang tidak baik.

Sebagai salah satu pelayan senior yang melayani keluarga Winston, Gilbert melangkah menuju ketiga maid itu. Bermaksud untuk memberi ketegasan agar mereka tidak mengulangi kesalahan serupa di kemudian hari.

"Ya, yang dikatakan Silvi memang benar, Zoey! Aku melihatnya dengan mataku sendiri. Sungguh tidak bis—"

Namun langkah serta pembicaraan beberapa pelayan tadi terpotong karena David sudah berada di depan Gilbert. Pria paruh baya itu masih setengah tidak percaya. Ternyata yang apa yang dikatakan mereka itu benar!

Dan setelah kesadarannya sudah terkumpul penuh, Gilbert buru-buru untuk membungkukkan badan, sebagai bentuk takzim sekaligus ungkapan permintaan maafnya.

"Maaf, Sir, tadi saya masih belum percaya jika Anda ada di sini saat ...."

"Ya, aku memang pergi sebelum acaranya selesai," jawab David saat tahu Gilbert tidak melanjutkan kalimatnya. "Kau perlu mengantarku ke suatu tempat, Gilbert."

"Baik, Sir, silakan lewat sini."

Dan di sinilah mereka sekarang, tepat di depan sebuah rumah yang menjadi tempat pelarian Raina selama ini. Gilbert menatap nanar sekaligus iba pada gadis itu, seakan-akan sedang merapalkan kata maaf.

"Gilbert, aku menunggu penjelasan dari sudut pandangmu."

Setelahnya, tanpa aba-aba, David segera menyambar kasar lengan Raina, menyeretnya ke arah mobil. Gadis berusia 19 tahun itu masih terkejut akan apa yang baru saja terjadi, alhasil ia hanya diam atas apa yang David lakukan kepadanya.

Gilbert pun tidak punya pilihan selain mengekori tuannya. Hatinya terasa ngilu saat melihat Raina yang malang, padahal dia kabur juga atas saran dari Gilbert yang sudah muak akan kelakuan biadab David.

"Kita pulang," tutur lelaki itu datar. "Tidak, Gilbert, kau tidak ikut aku kali ini. Liam akan menjemputmu, siapkan saja dirimu karena dia tahu apa ganjaran untuk seorang pengkhianat. Kau juga, Carmilla."

Kini hanya ada David dan Raina saja di mobil itu. Mereka berdua tampak tak ingin memulai percakapan. Jelas saja, Raina masih sangat takut untuk sekedar bernapas dengan tenang. Sedangkan David, pria itu bermain dengan ponselnya, tampak sedang mengetikkan sesuatu di sana.

Masih dilanda rasa takut, Raina memutuskan menatap ke arah luar, ia sudah terlalu pasrah akan hidupnya. Nyatanya dia memang ditakdirkan hidup di lingkaran menyedihkan di bawah kendali seseorang yang sialnya sangat berkuasa. Usahanya untuk melarikan diri telah gagal, gadis itu pun sudah tidak yakin di lain waktu ―jika ada kesempatan lagi― dia akan berhasil. Raina hanya berkaca pada pengalaman.

Saat merasakan mobil yang bergerak maju perlahan, dia sesegera mungkin menyiapkan batin serta fisiknya. Karena tidak mungkin David akan melewatkannya begitu saja tanpa ada hukuman.

The Duke's DarksideWhere stories live. Discover now