The Duke's Darkside |03|

15.8K 740 29
                                    

Raina membuka matanya perlahan-lahan. Warna hitam menyeruak masuk. Gadis itu berpikir mungkin karena efek dari tidurnya yang cukup lama. Hei! Raina bangun! Kau tidak tidur, melainkan pingsan. Kenapa pikiranmu dangkal sekali!

Ah rupanya dia masih mengira bahwa tadi ia hanya tidur. Terbukti, sekarang gadis itu malah ingin tidur lagi. Ketika akan memejamkan mata, ia merasa aneh. Seperti ... pasokan oksigen semakin menipis, dan kenapa semuanya masih berwarna hitam?

Dengan segera, Raina meraba apapun di sekitarnya. Dan suara apa itu? Mesin kah? Berarti ini ada di ... mobil? Bagasi?! Damn it, yang benar saja!

Raina menggedor-gedor bagian atas bagasi.

"Help me!" teriaknya lantang.

"Siapa saja tolong aku!"

"Aku di bagasi!"

"Tolong ...." Suaranya makin melemah karena menipisnya pasokan oksigen di sana.

Raina terlalu putus asa, bukan pasrah. Hanya saja ia memikirkan cara untuk keluar dari sini. Dan pilihannya jatuh pada, ia akan segera melarikan diri seketika bagasi dibuka.

Ia merasakan mobil yang sedikit demi sedikit melambat. Terdengar gerakan pintu terbuka lalu ditutup kembali. Tak hanya itu saja, terdengar derap langkah sepatu yang menuju ke arah bagasi. Ini saatnya kabur.

Akhirnya bagasi telah terbuka. Namun sepertinya Raina harus mengurungkan niatnya untuk kabur. Bagaimana tidak, di depannya sudah ada tiga orang pria berbadan gempal, sangat kontras dengan tubuhnya yang cenderung mungil.

"Wah wah wah ... sudah bangun rupanya."

Salah satu dari mereka—pria bertatto, menarik tubuh gadis itu dengan kasar. Lalu menyudutkannya di antara tembok dan tiga pria tadi. Tapi untungnya, para pria itu berjarak agak jauh dari Raina, setidaknya ia sedikit lega. Hanya sedikit.

"Ampun. Menculik saya adalah hal sia-sia karena saya bukan orang kaya, jadi tidak ada tebusan uang. Saya mohon, lepaskan saya," pinta Raina dengan tangan khas orang yang sedang memohon.

"Tidak semudah itu, Nona. Satu-satunya cara adalah berusahalah untuk kabur, kalau bisa," balas pria itu.

Raina merunduk, ia begitu takut dengan ketiga pria itu. Apalagi, baru saja ia mendapati bahwa salah satu dari mereka menatap Raina seperti sedang menelanjanginya. Demi Tuhan, Raina merasa dilecehkan, bahkan sampai ingin mencongkel matanya. Namun, dia bisa apa?

Sebenarnya Raina bisa saja meninta pertolongan atau paling tidak lari, karena tangan dan kakinya tidak diikat. Begitu pula dengan mulutnya yang tidak disumpal sesuatu. Tapi bagaimanapun dia memiliki sifat yang lemah, alhasil ia hanya bergantung pada pertolongan Tuhan.

"Aku ingin sekali mencicipinya," ucap salah satu dari mereka yang berkepala plontos.

Raina menegang. Sungguh, itu bukan pertanda yang baik. Terlebih lagi posisi mereka berada di gang kecil. Mau berteriak pun tak ada gunanya. Memangnya siapa yang mau melintas gang sepi nan sempit ini?

"Jangan, Tuan ... ampun. Saya mohon, biarkan saya pergi."

Air matanya menetes makin deras.

"Kalau begitu kita lakukan saja di sini, bergiliran. Atau bersama-sama? Aku bukan orang yang tepat dalam mengambil kesimpulan. Bagaimana kalau kau saja, Patrick," ujar pria bertatto nyaris di seluruh tubuhnya.

Tuhan, selamatkan Raina ....

"Jangan, kusarankan untuk menjualnya pada Madam Lou. Kita akan minta upah tinggi, karena kita belum pernah memakainya," usul pria yang cukup enak dipandang penampilannya dibandingkan yang lain. Raina yakin, dialah yang bernama Pathrick.

The Duke's DarksideWhere stories live. Discover now