The Duke's Darkside |12|

13.1K 696 16
                                    

NOTE:
Ada typo mohon dikoreksi.
Warning 🔞 !!

***

Tak ada suara apapun di sana. Bahkan untuk suara radio saja tak terdengar sama sekali. David tengah mengotak-atik ponselnya sebelum bertanya, "Bagaimana?"

Pria itu membuka percakapan, memecah atmosfer keheningan yang melingkupi mobil tersebut. Sebenarnya pria itu merasa sedikit kasihan dengan gadis yang tertunduk lesu di sebelahnya. Tubuhnya masih bergetar.

Sedangkan Raina, gadis itu lebih memilih untuk bungkam. Seharusnya David sudah tahu jawabannya tanpa harus sekedar basa-basi untuk bertanya.

"Tunawicara, huh?" pancing David dengan nada yang kurang mengenakkan.

Itu adalah alarm peringatan bahaya. Cepat-cepat Raina memutar otak untuk merangkai kalimat yang sekiranya tidak membuat pria itu semakin menunjukkan aura yang bisa membuat orang lain ketakutan.

"Em... ti-tidak baik." Hanya itu yang dapat Raina ungkapkan, setidaknya dia jujur. Itu pun dengan rasa khawatir yang tak kunjung pergi. Bahkan gadis itu enggan menatap David karena gelisah akan bagaimana ekspresi dan sikapnya.

Raina seketika mendongak tatkala ada tangan kekar yang mengangkat tubuhnya lalu ditempatkan di pangkuan pria itu. Parahnya lagi mereka saling berhadapan dengan jarak yang krusial seperti ini, rasanya benar-benar tidak nyaman.

"Tuan...."

"Ingin seperti tadi lagi?"

Sontak Raina menggeleng keras.

"Jadi?" David menunggu jawaban Raina.

"Saya akan mendengarkan apa kata Anda, dan tak membantah lagi. Janji."

Raina bahkan tidak percaya dengan yang ia ucapkan barusan. Membuat janji seperti itu? Terkadang spontanitas memang menyebalkan. Jadi kalau misalkan ada kesempatan untuk kabur, apakah dosa jika ia melakukannya?

Dan Raina sudah tahu jawabannya. Gadis itu meneguk susah salivanya. I can't believe it, i just made a mistake. And of course, i'll get another new mistakes.

"Good, i like it."

Sepersekian detik selanjutnya, David sudah menubrukkan bibirnya ke milik Raina. Mengecap benda kenyal yang sudah menjadi salah satu bagian favoritnya dari tubuh gadis mungil tersebut. Dengan tempo yang tak menggelora seperti biasanya, mampu membuat Raina sedikit lupa daratan. Ya... meskipun tidak bisa dibilang lembut, tetap saja, ini kali pertamanya David sedikit menurunkan temponya.

Raina tidak pernah membalas lumatan David, tapi percayalah... ini adalah pertama kalinya gadis itu bisa menikmati perbuatan pria tersebut. Kedua tangannya sudah melingkar di leher David. Dan Raina juga tidak bisa percaya jika barusan dia telah membuka bibirnya untuk pria itu dengan suka rela.

Tangan David juga tak seperti biasanya. Kali ini masing-masing tangannya menahan tengkuk dan hanya mencengkram pinggang Raina. Tidak menjalar kemana-mana.

Raina mencoba melepaskan tautan mereka, ketika ia merasa napasnya sudah tak kuat lagi. David menurutinya.

Namun kedua mata mereka menatap satu sama lain tanpa ragu. Raina bisa melihat ada nafsu yang sedang ditahan oleh pria di depannya ini. Sedangkan David, pria itu dapat melihat dan merasa teduh kala menatap netra cokelat Raina.

"Percepat lajunya," ucap David pada sang supir tanpa mengalihkan padangannya dari Raina.

"Emm, Tuan...." Raina berusaha untuk turun dari pangkuan David. Ia merasa malu karena tidak menyadari kalau ada orang lain di sana.

The Duke's DarksideWhere stories live. Discover now