The Duke's Darkside |17|

11K 566 36
                                    

David melangkah menuju ruang kerjanya. Amarah pria itu masih meletup-letup jika kembali mengingat kejadian tersebut. Mereka-Liam dan Raina, terlihat begitu bodoh di mata pria itu. Sudah tahu bahwa gadis itu miliknya, mengapa masih nekat menyentuhnya. Kemudian Raina, benar-benar seperti jalang saja, diberi harapan yang mustahil disertai dengan jamahan di tubuhnya, ia biarkan. Bodoh!

Tapi rasanya, David-lah di sini yang paling bodoh. Bagaimana bisa ia sampai lepas kendali seperti tadi hanya karena gadis Asia itu. Bahkan jika dipikir-pikir, statusnya hanyalah rakyat jelata yang merangkap sebagai gundiknya, ah... David tak habis pikir dengan dirinya sendiri.

"Ya, David, itu benar. Gundik kecil itulah yang membuat kita seperti pria bodoh," ungkapnya dengan tawa yang terkesan yang mengerikan.

Masih dengan tertawa, David menendang pintu ruang kerjanya, lantas menuju ke arah cermin besar di sudut ruangan. Kedua tangannya bertumpu di atas sebuah bufet yang letaknya persis di bawah cermin tersebut. Pria itu menatap refleksi dirinya, tak ada lagi tawa bahkan sebuah senyum tipis. "Itu tak bisa dibiarkan."

"Aku harus memilih hukuman yang pantas untuk gundik kecilku itu agar tak nakal lagi," gumamnya lagi.

Sebuah teriakan tiba-tiba terdengar menggelegar. Pria itu berteriak seraya mencengkeram rambutnya sendiri kemudian menjambaknya kuat-kuat. Dan itu ia lakukan berkali-kali. "Argh!!"

David terlihat frustrasi, ia bahkan tidak memedulikan serpihan cermin yang masih menancap di punggung tangannya. Denyutan yang luar biasa di kepalanya adalah penyebab. "Jangan keluar, David sialan!"

"Argh!!"
"Kau bahkan mengerang kenikmatan saat mendapat pelepasan di dalam gundik itu. Jangan munafik, setan!"
"Argh!!!"
"Apakah kau juga lupa, bahwa dirimu juga sangat bersemangat saat menerobos penghalang dalam diri gundik itu, hah?!"
"Argh!!! Bajingan kau!!"
"Bangsat! Apa yang sedang kau lakukan?!"
"Jangan mencoba keluar, David!"
"Argh!!!" teriaknya diikuti dengan gebrakan keras pada bufet malang itu.

David langsung menundukkan kepala setelahnya. Kepalanya masih berdenyut nyeri meski tak separah tadi. Napasnya juga terlihat terengah-engah.

David mengalami pergantian.

"Tuan David!" pria itu menangkap suara wanita yang terdengar terkejut dan cemas secara bersamaan. Tapi ia tetap bergeming, dengan masih menundukkan kepalanya. David benar-benar tak peduli.

Sesuatu menyentuh lembut lengan kanannya, membuat David spontan menatap siapa yang berani melakukan hal tersebut. Seorang gadis bertubuh mungil yang akhir-akhir ini ada dalam kuasanya adalah pelakunya.

"Hiks... ini pasti sangat sakit, hiks...." Raina menangis sesenggukan.

David masih terdiam, menatap tak percaya gadis yang tingginya bahkan tak melebihi dadanya ini. Apalagi ketika Raina menuntunnya ke arah sofa lalu duduk di sana, pria itu sedikit tercengang, bagaimana mungkin dia bisa pasrah seperti ini? Sungguh gila!

"Apa yang kau lakukan?" tanya David setengah menggeram. Dia tidak bermaksud marah, hanya saja, setiap kali berdekatan dengan Raina, ia lebih sering menggeram dengan alasan yang konyol.

Raina mengalihkan pandangannya ke arah David yang sedang menatapnya tajam. "Hiks....," ketakutannya yang semula hanya karena luka di punggung tangan David, kini bertambah dikarenakan pandangan dari pria itu. Membuatnya terasa seperti terimpit di antara dua beton besar.

The Duke's DarksideWhere stories live. Discover now