The Duke's Darkside |24|

5.6K 377 36
                                    

Raina benar-benar patuh, dirinya tidak beranjak sedikitpun dari lantai marmer yang dingin itu. Tadi ia sudah cukup puas menangisi nasib buruk dan ketidakberdayaan yang menimpanya. Hingga tak sadar, gadis itu pun tertidur dalam keadaan mengenaskan tanpa selembar kain apapun.

Suara kunci yang diputar mengagetkannya. Tampak seseorang hendak memasuki kamar itu, kamar yang Raina sendiri tidak tahu milik siapa. Tapi jika dilihat-lihat, kamar ini begitu luas, bahkan lebih luas dibandingkan kamar yang ditempati Raina. Mungkin saja ini milik David, kira-kira begitu pikirnya.

Dengan nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya, ia mencoba untuk duduk bersandar di sisi samping ranjang dengan posisi kaki yang ditekuk ―bermaksud menyembunyikan tubuh polosnya. Otaknya langsung menerka-nerka siapakah yang akan datang.

Cahaya yang minim membuat Raina merasa agak kesusahan untuk menebak. Dan dia juga baru menyadari bahwa hari sudah mulai petang. Atau mungkin masih belum, hanya saja cumulonimbus sedang mengambil alih daratan kota Manchester. Entahlah, Raina tidak yakin.

Mendengar derap langkah itu, dirinya langsung bergidik ketakutan. Tanpa sadar, Raina makin beringsut seiring si empunya mendekat. Atmosfer di sekitar terasa lebih mencekam. David, ya betul, Raina benar-benar yakin dialah seseorang yang mendekat ke arahnya. Memangnya mau siapa lagi yang bisa membuat udara menjadi semenegangkan ini selain sang Duke itu?

"Kau menutup matamu, Raina ... kenapa?"

Raina menegang, darahnya berdesir hebat tatkala David memanggil namanya untuk pertama kali alih-alih dengan sebutan gundik seperti biasa. Dibalik rasa takut yang menyelimutinya, gadis itu merasa bahagia atas hal kecil yang diucapkan David.

Namun kebahagian itu seakan lenyap begitu saja saat ia merasakan napas hangat beraroma mint yang menerpa wajahnya. Seketika Raina bisa menyadari bahwa David sudah ada di depan wajahnya. Jarak yang mungkin hanya sejengkal itu membuat Raina dilanda ketakutan lagi.

Perlahan, ia mencoba membuka matanya. Bagaimana Tuan David bisa mengetahui bahwa tadi Raina sedang memejamkan mata sementara kamar ini benar-benar temaram?

Sial, bisa-bisanya gadis itu malah penasaran di tengah situasi ini? Sungguh, dia memang berbeda. Langka.

David tiba-tiba saja menyalakan korek api di genggaman tangan kanannya. Dalam cahaya yang remang itu, Raina bisa melihat wajah adonis milik laki-laki itu dengan dekat. Dahinya berkerut dan alisnya juga terlihat hendak menyatu; kemudian ada mata yang memiliki sorot ketajaman, seharusnya cukup membuat gadis itu menghentikan pindaiannya.

Namun nyatanya tidak, matanya malah turun meneliti hidung lancip itu; lalu ke rahang yang memiki kesan tegas, hingga akhirnya mendarat ke bibir kecoklatan yang sedikit tebal.

Butuh beberapa saat untuk Raina menghentikan kegiatannya, setelah itu matanya kembali beralih untuk bersibobrok dengan netra biru yang menghanyutkan itu. Netra coklat madu milik Raina menatapnya sendu.

David menggeram. Sungguh, dia tidak menyukainya. Tidak menyukai tatapan yang nampak pilu dan menyedihkan yang tampak kontras dengan miliknya yang selalu bersorot tajam.

Dia sudah tidak bisa menahannya lagi! Dengan gerakan tergesa-gesa ia mengangkat tubuh ramping Raina menuju ke sebuah meja kerja di sudut ruangan, dia mendaratkan bibirnya di atas bibir Raina, menyesapnya dengan gerakan yang penuh nafsu serta tergesa-gesa. Sedangkan di bawah sana, jemari David tidak tinggal diam. Keadaan gadis itu yang sedang bertelanjang bulat memudahkan jemari besar dan berurat milik pria itu menyusup ke inti Raina.

"Engh ...." Raina yang mencengkram kemeja David bergerak gelisah ketika tangan pria yang nakal itu membelai lembut bagian luar dari pusatnya. Memainkan dengan gerakan sensual hingga Raina duduk di atas sebuah meja.

The Duke's DarksideOnde histórias criam vida. Descubra agora