The Duke's Darkside |15|

11.6K 564 18
                                    

Tangan kiri Kate menopang malas dagunya. Meskipun Mr. Philippe sedang menerangkan materi tentang manajemen marketing, ia seakan tidak peduli. Fokusnya terpecah-belah. Dan itu dikarenakan oleh menghilangnya Raina.

Dasar gadis polos tapi bodoh! Tega sekali dia tidak memberi kabar sama sekali padaku! runtuknya yang ia lampiaskan kepada meja yang tak berdosa, hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring. Tentu saja, seisi ruangan menoleh tajam ke arahnya.

"Ms. Russel, silakan tinggalkan ruangan ini jika masih ingin berbuat bising," seru Mr. Philippe di depan sana.

"Ah, maafkan saya, Mr. Philippe. Ada beberapa ekor nyamuk mengganggu, hingga saya kesulitan untuk fokus," ucap Kate memberi penjelasan yang seratus persen dusta. Dia mengucap syukur karena lidahnya tidak berbelit.

Kate menghela napas lega karena dosennya itu tidak terlalu memperpanjang hal tersebut. Dengan catatan, ia tidak akan mengulanginya lagi. Dan gadis itu langsung membalas ucapannya dengan 'ya' yang mantap sekali.

Kemarin lusa, Kate mengunjungi flat milik Raina. Di sana, ia tak mendapati apa-apa. Pintu flat-nya terkunci rapat. Dia mencoba untuk mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban.

Tak tinggal diam, gadis itu berusaha untuk bertanya ke tetangga samping flat Raina. Tetangganya itu memberi jawaban bahwa selama dua hari ini, dia tidak melihat Raina sama sekali. Kate sedikit terkejut namun tak urung mengucap terima kasih, lalu pamit.

Kate mengembuskan napas malas, ia terus saja menggerutu kapan kelas ini akan berakhir. Sungguh, dia sudah tidak bersemangat lagi.

Gadis itu menengok jam yang melingkar di tangan kirinya. Kelas masih berjalan sekitar lima belas menitan. Lagi-lagi Kate mengembuskan napas. Ini akan menjadi hari yang panjang, desahnya tak senang.

●●●

Perempuan bersurai pirang itu sedang berada di trotoar. Punggungnya bersandar santai di salah satu bangunan. Di sana cukup ramai, namun tak menyurutkan pandangan matanya ke arah sebuah kedai kopi di seberang jalan. Netranya menyipit, mengamati aktivitas di tempat tersebut.

Merasa tak ada kemajuan setelah sekitar dua menitan memantau, Kate memutuskan untuk mengunjungi kedai tersebut. Mengklarifikasi di mana keberadaan sahabatnya itu.

Gadis itu berjalan dengan agak tergesa-gesa. Tepat di pinggiran trotoar, ia berhenti bersama dengan para pejalan kaki yang lain. Menunggu lampu lalu lintas menginstruksikan agar dapat menyeberang.

Tak lama setelah itu, sebuah suara tiba-tiba melantun dengan nyaring, diikuti dengan bergantinya warna merah menjadi hijau pada gambar orang yang sedang berjalan di traffic light tersebut.

Kate bergegas melangkah. Hingga akhirnya ia berhenti tepat di depan kedai bernama Origins Coffee.

Ia melangkah masuk, menimbulkan dentingan lonceng berbunyi. Gadis itu langsung berjalan ke arah kasir. "Hai, Emma." Kate melirik name tag-nya sebelum berbasa-basi.

"Bisakah aku meminta sesuatu?" sambungnya.

"Ya, apa yang bisa kubantu?" jawab Emma dengan ramah.

"Hmm... aku ingin bertemu dengan Ms. Scott, apakah bisa?"

Emma, sang kasir, tampak kebingungan. Tapi tak ayal untuk menjawab pertanyaan dari Kate. "Aku akan berbicara dulu padanya, Ms. Scott tampak sibuk akhir-akhir ini."

"Baiklah, tapi aku sangat berharap dia masih bisa menerima tamu."

Emma merespon dengan anggukkan yang disertai oleh senyuman. Dia langsung meminta teman kerjanya yang lain untuk menggantikan posisinya sementara. Setelah itu, ia pamit kepada Kate, bergegas menuju ke ruangan bosnya itu.

The Duke's DarksideWhere stories live. Discover now