The Duke's Darkside |09|

13.3K 720 22
                                    

David mencium Raina dengan begitu buas. Salah satu tangannya menjalar kemana-mana dan yang lainnya, mengeratkan cengkraman pada pinggang Raina. Gadis itu berontak untuk melepaskan diri, tapi percuma saja.

Satu-satunya cara yaitu Raina harus membalas ciuman pria itu. Lantas gadis itu memberanikan diri untuk melingkarkan tangannya ke leher David, membuka bibirnya agar lidah pria itu bisa masuk ke dalam.

Dan benar saja, David melonggarkan pelukannya. Ciumannya berubah menjadi lembut, tak seliar tadi. Meski begitu, satu tangannya masih betah merayap dan meremas payudaranya. Hal tersebut membuat Raina mendesah, lantas tangannya beralih ke pundak David. Mencengkram karena menahannya.

Namun Raina ingat tujuannya. Ia membuat tubuh mereka melangkah ke sana ke mari, agar terlihat seperti gadis itu menikmati permainan David. Setelah itu, dia langsung menghempaskan tubuh pria itu, membuatnya terhuyung ke belakang beberapa langkah.

"Sialan." David menggeram.

Jantung Raina kembali berdegup kencang. Kakinya sedikit tergesa-gesa melangkah ke belakang. Sedangkan pria di depannya memandang gadis itu secara tajam, dengan langkahan yang amat perlahan menuju ke arahnya.

Tapi menurut Raina, yang seperti itu malah membuat atmosfer makin mencekam.

"Kurasa dindingnya bergerak maju," ucap David mengejek karena gestur ketakutan gadis Asia itu.

Punggungnya menabrak sesuatu yang keras. Raina merutuki dirinya yang selalu dalam keadaan mengenaskan. Tak bisa berbuat apa-apa selain memanjatkan doa.

Apalagi pria di depannya ini terlihat lebih menyeramkan dibandingkan tadi. Cara bicaranya lebih dingin dan singkat serta bahasa tubuhnya juga terkesan berbahaya. Dia seperti bukan pria tadi.

Langkah kakinya makin dekat, bahkan untuk sekedar menelan ludahnya sendiri terasa amat susah.

Raina memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya tatkala ia merasakan napas hangat menerpa wajahnya. Terasa tak berjarak. Raina tak bisa bernapas dengan leluasa.

Gadis itu tidak tahu kalau posisinya terkurung di antara dua lengan David di sebelah kanan dan kirinya. Dia hanya bisa menebak kalau pria itu mensejajarkan tingginya dengan Raina.

Namun suara dering ponsel memecah suasana ekstrem tersebut. Raina sangat bersyukur akan itu. Apalagi ia juga tak merasakan napas hangat itu lagi. Tak sampai lima detik, suara nyaring tersebut mendadak hilang. Lantas gadis Asia itu memberanikan diri membuka matanya perlahan-lahan.

Raina membulatkan matanya dengan bibir yang sedikit terbuka. Ia begitu terkejut.

Jika tadi ia tak bisa menelan ludahnya sendiri, maka sekarang bertambah. Tiba-tiba indra penciumannya seakan berhenti bernapas, udara di sekitarnya seakan menguap. Ia benar-benar menahan napasnya.

Posisinya sangat tak menguntungkan. Dia masih dalam kurungan pria itu, meski jarak wajah mereka tak sedekat tadi.

Bagaimana sih Raina itu. Kalau dipikir-pikir, bukankah aneh, jarak yang tak lebih dari sepuluh senti masih bisa bernapas, sedangkan yang berjarak sekitar tiga puluh sentian tak bisa bernapas. Gadis itu luar biasa.

"Tunggu di sini."

Raina tahu itu adalah sebuah perintah bukan sebuah permintaan. Jika benar itu adalah opsi yang kedua, gadis itu akan melakukan roll ke depan, salah satu olahraga yang tidak bisa dilakukan olehnya.

Setelah berkata demikian, David mengecup bibir Raina yang masih saja terbuka. Kemudian pria itu meninggalkannya menuju ke kamar.

Sedangkan gadis itu, seketika ia mengatupkan bibirnya. Masih berwajah polos akan hal yang baru saja terjadi.

The Duke's DarksideWhere stories live. Discover now