The Duke's Darkside |06|

14.1K 757 12
                                    

"Tidak bisa, Kate. Aku ada janji dengan seseorang."

Kate langsung melepas rangkulannya di lengan Raina. "Kekasihmu?"

"Big no!" Raina melotot.

"Kau lucu sekali," ucap Kate mencairkan suasana.

"Kate, cukup. Sebaiknya aku harus bergegas menghabiskan spaghetti ini."

"Bahkan untuk sekedar makan saja, kita harus menikmatinya dengan memakannya perlahan, Raina sayang," sindir Kate melihat sahabatnya terlihat layaknya gadis yang tak sabar akan janji temunya dengan seseorang.

"To be honest, Rain, siapa yang kau maksud seseorang itu?" desak Kate tak sabaran.

Raina membuka tasnya, melihat apakah dokumen itu telah ia masukkan atau belum. Dan syukurlah, ada. Jika kalian bertanya bukankah tas serta isinya telah raib, namun sekarang mengapa tiba-tiba ada, jawabannya adalah gadis itu masih memiliki tas lain.

Sedangkan isinya seperti ponsel dan dompet, belum sempat dibelinya. Tabungannya masih belum mencukupi.

"Tuan Liam, beliau memintaku untuk mengantarkan dokumennya. Katanya penting dan tidak percaya orang lain selain aku."

Kate mencelos. Dia kira orang penting, ternyata tidak terlalu penting. Bodoh kau, Kate. Tentu saja pria itu penting. Jika tidak, dapat dipastikan Raina tak lagi sedang memakan spaghetti-nya di sini, di hadapanmu. Kate merutuki dirinya dalam hati.

"Baiklah, kali ini aku memaklumi. Biar Bibi Hanna saja yang menemaniku berbelanja."

Raina yang saat itu tengah menenggak air mineral langsung menyudahinya. Dia memutari meja menuju ke Kate yang berada di seberang meja. Dan seketika berlanjut dengan memeluk tubuh sahabatnya itu.

"Terima kasih, Kate. Kamu selalu mengerti."

"Ya, sama-sama. Tapi bisakah kau melepaskan ini? Pelukanmu benar-benar terlalu erat."

Raina langsung melepaskannya sambil meringis tanpa dosa.

"Jika sudah selesai, langsung pulang, Rain. Membuat orang lain khawatir adalah perbuatan yang salah. Apalagi kau tidak punya ponsel sekarang, bagaimana aku bisa aku tahu keadaanmu. Mau kubelikan tapi kau menolak," ujar Kate sambil mendengus kesal.

"Aku punya pekerjaan, Kate. Lagipula aku tidak mau merepotkanmu."

"Siapa bilang kau merepotkanku?!"

"Aku, dalam kurun waktu kurang dari semenit."

"Gadis bodoh. Jika sudah memasuki fase persahabatan, kata 'merepotkan' tidak ada sama sekali di dalamnya."

Raina tersenyum bangga sekaligus haru. Senang sekali rasanya bisa memiliki teman baik seperti Kate, ya ... meskipun menyebalkan tapi dia adalah gambaran nyata seorang sahabat yang sesungguhnya.

Raina menepuk jidatnya pelan. Gadis itu hampir melupakan dokumen-dokumen itu. Dia bergegas kembali ke bangkunya untuk menghabiskan spaghetti-nya. Kemudian mengeluarkan beberapa pounds dari saku celana dan menaruhnya di dekat piring bekas santapannya itu.

"I have to go, Kate."

Dan secepat kilat, Raina sudah meninggalkan area kantin kampusnya. Gadis itu memang sengaja berlagak tidak dengar ucapan Kate yang memerintahkannya untuk mengambil kembali uangnya. Sekali lagi, dia tak mau membuat orang lain kerepotan.

●●●

Raina baru saja turun dari angkutan legendaris kota London, bus double-decker yang khas dengan warna merah yang mencolok. Gadis itu berjalan dengan kartu berwarna hitam tersebut. Matanya menjelajah ke segala arah, berharap lekas menemukan lokasi yang ditunjukkan oleh benda di tangannya itu.

The Duke's DarksideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang