1. Abel di Sekolah Barunya

2.3K 109 3
                                    

Abel di Sekolah Barunya

                Hai, semua. Aku Abel Naura Shalika, biasa dipanggil Abel.

                Abel geleng-geleng kepala merasa perkenalan yang baru saja ia pikirkan terlalu manja.

                Selamat pagi, saya Abel Naura Shalika. Panggil saja Abel.

                Kali ini terlalu formal.

                Ia memainkan jari-jari tangannya. Kebiasaan yang ia lakukan ketika sedang gelisah. Ia murid baru di sekolah ini dan ia masih belum menemukan kalimat perkenalan yang tepat. Ia memang tidak pindah di tengah-tengah semester, ia pindah di awal tahun ajaran baru. Jadi kecil kemungkinannya ia akan di suruh memperkenalkan diri. Tapi ia masuk kelas internasional karena kemampuan bahasa Inggrisnya. Kelas tersebut tidak di acak setelah kenaikan kelas karena memang hanya ada 2 kelas tiap angkatannya, satu MIA dan yang lainnya IIS. Jadi ia begitu nervous menjadi siswi baru di sini.

Setelah diberi tahu di kelas apa ia di tempatkan, ia berjalan menyusuri lorong yang tadi ditunjukkan seorang guru padanya. Ia mengigit bibirnya bawahnya sambil melihat sekeliling. Ini lorong kelas XII, ia bisa tahu dari papan penunjuk di tiap-tiap kelas. Menurut guru yang tadi, setelah melewati lorong panjang ini ia harus berbelok ke kanan untuk pergi ke lorong kelas XI. Setelah tiba di lorong kelas XI ia kebingungan karena tidak ada kelas dengan papan bertuliskan XI MIA 5.

Lagi-lagi ia memainkan jari-jari tangannya.

Apa gurunya salah kasih informasi tentang kelas gue ya?

Abel semakin takut ketika tiba-tiba disadarinya lorong itu sudah mulai dipenuhi anak-anak berseragam lainnya. Ia tak cukup berani untuk bertanya kepada salah satunya mengenai kelasnya. Kembali ke ruang guru tentu akan lebih baik. Tapi, memikirkan harus melewati lorong kelas XII tadi membuatnya bergidik ngeri. Abel sering membaca kekejaman senior pada juniornya di teenlit. Sekarang ia berada di situasi tidak menguntungkan dengan menjadi junior di sekolah baru. Jadi ia tidak mau mencari masalah dengan seniornya.

Abel sebelumnya telah membaca tentang sekolah barunya ini di internet. Sekolahnya sediri tidak terlalu besar sebenarnya, satu gedung utama letter L sebagai tempat belajar kelas X, XI danXII, perpustakaan, ruang guru, laboratorium. Gedung lainnya yang sedikit lebih kecil terletak di belakang gedung utama. Gedung tersebut digunakan sebagai aula serbaguna di lantai teratas, sekretariat berbagai ekskul di lantai kedua, dan gelanggang olah raga indoor di lantai dasarnya.  Kantin dan koperasi terletak di gedung terpisah lainnya. Lapangannya cukup luas sebagai sarana olahraga outdoor, terletak di depan gedung utama.

Tapi dengan pengetahuannya itu ia tetap tidak mampu menemukan kelasnya. Ia naik ke lantai 2 dan menyadari bahwa itu adalah lorong milik kelas X.

Aduh matilah gue... Mana sih kelas gue?

Brukk.

Sesorang menabrak bahu Abel dan dengan segera meminta maaf seraya membantu Abel mengumpulkan barang-barangnya yang jatuh karena ditabrak olehnya. Tak sengaja ia memungut kertas dari ruang guru yang bertuliskan XI MIA 5. Alis matanya terangkat melihat tulisan itu.

“Anak baru?” tanyanya datar. Abel hanya bisa mengangguk. Rupanya ia terpesona dengan kehadiran laki-laki itu.

“Ini kelas lo?” tanyanya lagi datar. Sekali lagi Abel hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.

“Kelasnya di atas, di tingkat tiga,” si lelaki memberikan informasi padanya.

“Oh.. memang ada satu tingkat lagi?” tanya Abel kebingungan.

TaeKwonDo Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang