9 Backstep -Dolyo

805 44 6
                                    


Abel bersedekap di pinggir lapangan indoor sekolahnya, mengingat segala kekacauan yang dibuatnya kemarin. Bukan kekacauan tapi lebih menyerupai perbuatan yang memalukan dirinya sendiri.

"Selamat sore," suara Abel menggema di lorong lantai dua gedung serbaguna, lebih tepatnya di depan sekretariat taekwondo. Rambut ikalnya bergoyang-goyang nakal karena angin sore bertiup cukup kencang. Dirinya mulai menggerutu karena belum ada respon dari dalam ruangan.

"Permisi, haloo," teriaknya lebih kencang di depan pintu kayu berpelitur coklat gelap itu.

Aishh.. sekali lagi gue panggil gak ada orang, gue cabut dari sini dan laporin ke Dio kalo taekwondo gak mau diajak kerja sama. Biarin deh nama taekwondo jadi jelek.

"Haloo. Ih nyebelin banget sih. Katanya kalo hari Senin dia stay di sekret. Awas aja yaah, sampe itungan ketiga gak ada yang bukain, gue bakal backstep-dolyo ni pintu," Abel memaki-maki cikup kencang di depan sekretariat taekwondo sambil mengambil ancang-ancang menendang. Sebenarnya ia memang mengetahui beberapa gerakan taekwondo dari kakaknya, Adit. Adit membekalinya dengan gerakan dasar perlindungan diri. Setelah siap dengan ancang-ancang dan kuda-kuda yang tak sempurna karena rok span yang digunakannya, bahunya tiba-tiba ditepuk pelan. Saat berbalik menuju arah tepukan di bahunya, ia terkejut.

"Aak," teriaknnya kencang. Di hadapannya berdiri Kak Rakana yang sedang menahan tawa. Ia buru-buru menyeimbangkan badannya yang oleng akibat kekagetan akibat tepukan pelan di bahunya.

Ah siaaaal, muka gue ditaro manaaa?

"Kamu ngapain?" tanya Rakana masih sambil menahan senyum di bibirnya.

"Eh.. Nggak.. Ituu.. Administrasi, saya..." terbata-bata Abel menjawab pertanyaan Rakana. Ia benar-benar malu menyadari bahwa Rakana melihatnya melakukan kuda-kuda dan mengatakan hendak melakukan backstep-dolyo. Mukanya bersemu merah dan jari-jarinya dimainkan tak tahu apa yang harus dilakukan di hadapan senior yang disukainya ini.

"Ekhm, Febri gak ada. Jadi kamu sama saya buat ngecek administrasi hari ini," setelah berdeham memecah keheningan di antara keduanya, tentu saja masih dengan senyum tertahan di wajahnya. Sejujurnya Abel benar-benar terpana dengan senyum itu, begitu manis dan memikat. Senyuman itu membuat Abel menjadi lebih salah tingkah.

Rakana membuka pintu sekretariat taekwondo dengan kunci yang sedari tadi dipegangnya. Abel hanya bisa melihatnya dalam diam dari belakang Rakana yang sedang memunggunginya, lalu ia menyadari bahwa Rakana jauh lebih tinggi darinya, hampir setinggi kakaknya atau malah sama tinggi. Saat asik mengamati Rakana dari belakang, Rakana membalikkan badannya secara tiba-tiba menyebabkan dahi Abel menabrak badannya.

Another awkward moment.

"Eh, sorry," Rakana buru-buru meminta maaf lalu masuk ke dalam sekret. Giliran Abel yang terbengong memegangi dadanya yang berdegup kencang. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya menghilangkan pikiran aneh yang melintas. Sisa hari itu ia habiskan dengan banyak sekali awkward moment dengan Rakana.

***

Kini anggota taekwondo sedang melakukan pemanasan dipimpin seorang sabeum(1) laki-laki yang cukup tampan walaupun telah berumur. Mereka melakukan gerakan peregangan sebelum latihan. Kak Rakana dengan dobok(2) putihnya terlihat sangat macho di mataku, membuatku tersenyum sendiri. Baru kusadari dia juga pemegang sabuk hitam sama seperti Kak Adit. Selain dirinya dan si sabeum, ada seorang lagi dengan sabuk hitam yang melingkar di pinggang. Aku mengenalinya sebagai Fitri, seangkatan denganku, tapi prestasinya sudah tingkat nasional. Sehingga sering kulihat saat upacara, pengumuman tentang prestasinya yang segudang itu.

Aku mendecak sebal karena lupa membawa benda yang sekiranya dapat membunuh kebosananku yang menunggu latihan ini selesai. Sambil merutuki kobodohanku, suara lantang Kak Rakana terdengar. Membagi-bagi anggota taekwondo yang latihan pada hari itu menjadi beberapa grup kecil berdasarkan sabuk, sepertinya. Si sabeum tampan memimpin barisan dengan sabuk putih, sabuk terendah dalam taekwondo, melatih dasar-dasar gerakan mungkin.

Tingkatan selanjutnya dalam taekwondo berurutan adalah sabuk kuning, kuning strip hijau, hijau, hijau strip biru, biru, biru strip merah, merah strip hitam 1, merah strip hitam 2, hitam. Untuk sabuk hitam sendiri ada tingkatan selanjutnya, tapi entah apa. Kulihat Fitri menjadi tutor bagi sabuk biru dan lebih tinggi dari biru. Sementara itu, Kak Rakana menjadi pengajar bagi pemegang sabuk kuning hingga hijau strip biru. Kulihat rombongan yang dipimpin Kak Rakana menuju ke sisi lapangan yang terdekat denganku, kelompok lainnya berada di sisi lain lapangan.

Aku berdeham dengan keputusan itu, sebab aku duduk di tribuk ketiga dari bawah, yang berarti dapat dengan mudah dilihat oleh kelompok kecil itu.

Ah.. pindah ke tribun atas sekarang malu gak yah?

Aku memutuskan tetap tinggal dan stay cool walaupun tenggorokan terasa kering saking malunya. Waktu berjalan sangat lambat di kepalaku. Kak Rakana baru beramah tamah dengan kelompok kecilnya, belum memulai latihan. Sepertinya ia menunggu alat-alat latihan, dilihat dari seorang anggota kelompoknya kembali dari gudang alat olahraga.

Kak Rakana menoleh ke arahku, sebelum akhirnya menjelaskan tentang bobot latihan mereka.

Tengsin ih diliatin..

Aku mulai mencatat skema latihan mereka agar terlihat sibuk. Terdengar suara lantang kak Rakana. Bukannya menulis aku malah menikmati suaranya yang jernih. Tertegun sesaat, lalu tersentak mendengar kata-kata yang diucapkannya.

"Hari ini kita belajar teknik Backstep-Dolyo," Aku tertawa saat Kak Rakana menekankan kata Bacstep-Dolyo.

"teknik ini sering dipakai untuk menghindari serangan lawan lalu langsung menyerang sesegera mungkin, tentu saja..." Kak Rakana menghentikan ucapannya lalu kembali menoleh padaku yang menatapnya dengan mata terbuka lebar.

Kemudian ia melanjutkan kalimatnya yang menggantung tadi sambil tertawa cekikikan, "bukan untuk mendobrak pintu."

God... Kak... Taro dimana muka gue iniii?


Keterangan:

(1) guru yang mengajar taekwondo

(2) seragam taekwondo

TaeKwonDo Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang