3 Pernyataan Ambigu

1.2K 58 10
                                    

Abel’s  

Hari ini pengumuman penerimaan anggota baru OSIS. Aku dan Alikha berjalan bersisian untuk melihatnya di pusat informasi. Kendati Alikha adalah anggota OSIS sebelumnya, ia tetap harus mengikuti seleksi lagi tahun ini. Hal itu berlaku untuk anggota OSIS lain yang mencalonkan diri lagi di tahun keduanya di SMA ini. Jadi, 2 minggu terakhir, aku dan Alikha sibuk dengan esai dan wawancara OSIS di sela-sela tugas kami sebagai pelajar. Melelahkan tapi menyenangkan.

Kami berpapasan dengan Daniel - yang telah mengakui padaku bahwa ia menyukai Alikha. Kami serta merta menggeretnya menuju pusat informasi untuk menyaksikan diterima atau tidaknya diri kami ke jajaran pengurus OSIS tahun ini.

“Ayo ih, Daniel,” aku mengucapnya dengan hati-hati sekarang tidak dengan nada manja yang secara otomatis keluar. Karena tak disangka, Alikha juga telah mengakui padaku bahwa ia menyukai Daniel. Aku jadi sering mesem-mesem sendiri bila berada di hadapan mereka. Merekanya sih malu-malu kucing gitu kalo lagi ketemu gini.

“Apa sih, Bel? Pelan-pelan dong, dasar manja,” sergahnya padaku. Aku mendelik kasar dan mencibir sekenanya. Alikha sendiri hanya tertawa-tawa kecil melihat kami. Ngomong-ngomong, Alikha tahu aku dan Daniel gak ada hubungan apa-apa.

“Temenin kita, Niel,” tegur Alikha pada Daniel yang sekarang tersipu malu akibat permintaan standar dari Alikha tadi.

Cowok tapi gampang banget blushing!

Aku terbahak melihatnya.

“Daniel blushing!” kataku cukup kencang sehingga membuat beberapa orang menengok ke arah kami. Hebat, sekarang setelah aku mengucapkan itu, Alikha ikut-ikutan blushing.

“Alikha juga blushing,” kataku lebih kencang dari sebelumnya. Kepalaku kini menjadi sasaran empuk jitakan dua makhluk yang lagi kasmaran ini. Namaku? Namaku sekarang sedang ribut diteriakkan oleh mereka juga. Tapi untung saja aku pandai berkelit. Kecil-kecil gini aku jago lari lho.

Aku lari menyusuri lorong kelas XII, sesekali menatap ke belakang untunk melihat dua makhluk itu juga berlarian mengejar aku. Daniel sudah pasti larinya lebih lemot daripada aku atau Alikha. Dia itu tipe anak yang matanya gak lepas dari text book jadi nilai fisiknya jauh di bawah rata-rata. Itu menguntungkanku. Tapi Alikha lebih cepat dari Daniel dan hampir menyamai langkahku. Dia berada beberapa meter dariku, sedikit usaha lagi pasti menyentuh bahuku.

Aku tertawa dan mempercepat lariku masih sambil melihat ke arah belakang untuk mengawasi Daniel dan Alikha. Naas, aku yang di awasi malah menubruk seseorang. Seorang cewek.

Oke fix, hobi baru gue nabrak orang.

“Maaf, Kak. Saya tidak sengaja,” sapaku berusaha sesopan mungkin padanya. Aku langsung mengenalinya sebagai kakak kelasku karena nama yang ada di seragamnya. Bordir nama sekolah kami memang ikut menyertakan kelas kami.

“Heh, punya mata gak sih lo? Gak liat gue lagi jalan di sini,” bentaknya padaku sambil menarik rambutku. Gerakannya itu sukses mencabut beberapa anak rambutku. Sakit, aku meringis pelan. Kulihat Daniel dan Alikha sudah berdiri berdampingan dengan tangan Daniel yang menahan lengan Alikha. Aku kini memahami situasinya. Kakak kelasku ini mungkin adalah senior yang ditakuti. Daniel pasti tidak ingin Alikha terlibat lebih jauh dengannya. Aku tidak menyalahkan Daniel. Aku juga tidak mau mereka terlibat dengan gadis ini.

“Sekali lagi saya minta maaf. Itu saya lakukan dengan tidak disengaja,” kataku lebih sopan dan mencoba melepaskan kepalaku dari cengkramannya. Bukannya melepaskan rambutku, dia malah menariknya semakin kuat. Mataku memicing karena kesakitan. Sekarang kami menjadi pusat perhatian, beberapa orang membuat lingkaran di sekeliling kami dan lingkaran itu semakin membesar. Baru kusadari ini adalah istirahat pertama, maka mungkin semua anak sedang bosan-bosannya di kelas dan menganggap pertunjukan ini hiburan.

TaeKwonDo Love StoryWhere stories live. Discover now