25. Fakta yang Ganjil

753 46 10
                                    


Makasih buat kalian yang masih setia baca TLS :3 maaf karena saya lagi PKL dan nyusun tugas akhir jadi updatenya lama binggo :3

Vote + comment buat semangatin saya yaah :)

"Kamu mau kemana?" teriak Kak Adit padaku yang pergi menjauh darinya dan mobil yang berhenti di sisi jalan bertanda dilarang parkir. Aku tahu Kak Adit gusar sekali karena harus memarkirkan mobilnya di tempat parkir sebelum akhirnya mengejarku—yang kemungkinan telah menghilang, karena, hey, mencari parkiran susah sekali akhir-akhir ini. Tapi meninggalkan Kak Adit memang tujuanku, mengingat aku merasa amat sangat kesal dengan segala kata-katanya di depan Kak Rakana di rumah Daniel tadi.

'Kamu dari mana, SAYANG?'

'Kamu gak kenapa-kenapa kan, SAYANG?'

Ya, dengan penekanan di setiap kata sayang.

Yah, aku takut Kak Rakana salah paham. Sepertinya sudah. Kak Rakana langsung pamit setelah mendengar ocehan-ocehan berlebih dari Kak Adit.

Lagipula, keberadaan Kak Adit di rumah Daniel cukup mengagetkanku. Lebih parah—atau masihkah ada yang lebih parah?—lagi, Daniel dan Alikha akhirnya tahu bahwa di foto itu adalah Malikha, saudara kembarku. Aku yang setengah mati menutupinya tentu saja kesal. Dia bilang dia sayang Malikha, tapi bukannya hal itu malah merusak martabat Malikha?

Apalah dayaku yang hanya berstatus "kembaran" Malikha bila dibandingkan dengan status Kak Adit si-tuan-penjaga-yang-kadang-tidak-peduli-perasaan-kami.

Daniel dan Alikha juga mau-maunya mengikuti perintah kak Adit untuk menyelidiki tentang foto itu. Oke, hasilnya memang lebih cepat didapat. Si pemilik akun adalah kakak kelas yang meninggal akibat kecelakaan beberapa bulan lalu. Di posting dari sebuah daerah di Bandung, akun itu seakan mengirimkan foto dari negeri antah berantah—yang mungkin bukan dari dunia.

Hanya saja aku tak percaya takhayul.

Alikha dan Daniel memutuskan menyelidiki lebih lanjut. Aku hanya bisa diam lalu pamit kabur menjauhi Kak Adit. Oh iya, Alikha dan Daniel akhirnya tahu bahwa Kak Adit adalah kakakku. Itu entah menguntungkanku atau tidak. Aku sedang tidak mood membicarakan Kak Adit dan segala keposesifannya.

"Malikha, kenapa ada orang yang begitu jahat sama kamu? Orang-orang seperti Miki dan siapapun si pengunggah foto ini," ujarku pelan sambil menendang kerikil di tepi jalan.

***

Malam sudah larut saat aku sampai di rumah. Kak Adit menyambutku di depan pagar dengan raut wajah yang sarat akan kekhawatiran. Aku benci melihatnya mengkhawatirkan aku tapi tak bisa mengerti aku yang mengkhawatirkan Malikha.

Maka aku melewatinya begitu saja.

"Abel..." ucapnya. Aku berhenti sejenak tanpa menoleh ke arah Kak Adit.

"Maaf." Nada suaranya rendah dan dalam. Aku tahu dia juga pedih melihatku yang struggle sendirian menghadapi masalah ini. Tapi keikutcampurannya membuat segalanya rumit. Ya aku dan dan Daniel. Aku dan Alikha. Aku dan Kak Rakana. Aku dan diriku sendiri.

"Aku tau, Kak, maksud Kakak baik. Tapi aku bisa selesaiin ini sendiri. Malikha kembaranku, aku kembaran Malikha." Aku berjalan masuk ke rumah lalu dengan tergesa-gesa masuk ke kamar, menutup pintunya dan menangis.

Rasanya sakit memerlakukan Kak Adit seperti itu.

Rasanya sakit mengingat semua yang terjadi.

Aku bahkan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi atau siapa yang sebenarnya aku benci. Akupun masih tak tahu apa yang membuatku gelisah atau apakah keputusanku sudah benar. Aku berpikir bahwa Kak Adit jahat sekaligus lemah. Aku merasa aku yang lemah sekaligus jahat. Kami saling menyakiti dengan keegoisan. Kami terlalu menyayang Malikha, Malikha kami.

TaeKwonDo Love StoryWhere stories live. Discover now