5 Radiv + Tugas Pertama

1K 43 0
                                    

Abel's

      Aku menghela napas panjang. Tangisanku baru berhenti beberapa menit yang lalu. Kak Adit juga masih memelukku di dalam mobilnya. Untung kaca mobil ini gelap, tidak akan ada orang yang melihat dan mencurigai kami. Aku mendorong dada bidang Kak Adit, menjauhkannya dari diriku. Harum apel dan aprikot parfum milik Kak Adit membuatku tenang, pelukannya juga. Tapi aku ingin menatap matanya.

      "Kak, maaf," kataku sambil menatap ke kedua manik mata milik Kak Adit.

      Aku gak mau jauh dari Kak Adit. Bukan gak mau, aku gak bisa.

      Satu pemikiran itu membuatnya melontarkan permintaan maafnya.

      "Abel bukan gak sayang sama Kak Adit. Abel cuma pengen ngejalanin impian Malikha. Abel janji sama Kakak, Abel gak akan bertindak yang akan menyusahkan Kakak," kataku di sela-sela isak yang tersisa dari tangisku tadi.

      "Jangan pernah ninggalin Kak Adit, Bel. Kalau kamu pergi... kamu bisa ketemu Malikha. Tapi Kak Adit bakal tinggal sendirian di sini," Kak Adit menatapku dengan bola mata yang berkaca-kaca. Seumur-umur aku menjadi adiknya, baru kali ini aku melihatnya dengan mata yang penuh kesedihan. Aku terhenyak melihat ekspresi Kak Adit. Aku sungguh menyesal mengatakan bahwa aku ingin lepas darinya.

      "Abel janji akan terus di sini sama Kak Adit," kataku sambil mengacungkan jari kelingking kananku untuk ditautkan dengan milik Kak Adit. Kak Adit tersenyum mendengar janjiku dan langsung menautkan kelingking kanannya dengan milikku.

***

      "Non Abel. Bangun, Non. Udah ditunggu sama Den Adit," Bi Sum menggoyangkan badanku yang rasanya enggan bangun dari tempat tidur.

      "Abel baru tidur jam 3 pagi..." kataku dengan gumaman tak jelas.

      "Atuh kenapa atuh? Biasanya juga tidur jam 9," Bi Sum masih belum menyerah menggoyang-goyang tubuhku. Bahkan lebih keras.

      "Hari ini ada rapat pertama OSIS, Bi. Bibi kan tau kalo hari ini ada acara, malemnya Abel pasti gak bisa tidur," kataku dengan mata yang masih tertutup.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

      "AAAAAAA..." aku berteriak mengagetkan Bi Sum. Aku baru sadar kalau hari ini ada radiv atau rapat divisi pertamaku sebagai anggota divisi empat OSIS.

      "Kenapa, Non? Aduh duh ada yang sakit?" panik menjalari Bi Sum.

      "Panik.. panik.." kataku sambil mengambil buku catatan yang kupersiapkan untuk rapat kali ini malah menambah kepanikan Bi Sum. Kini Bi Sum ikut-ikutan menundukkan kepala sepertiku, walau ku tahu ia tak tahu apa yang sedang kucari.

      "Kamu ngapain sih? Bi Sum ngapain?" Kak Adit datang ke kamarku dengan seragamnya lengkap dengan tas di bahunya.

      "Buku Abel ilang, hiks.." kini tangisku membahana di ruangan itu.

      "Abel juga telat bangun, hiks.." tangisku semakin kencang.

      "Bukunya kaya apa? Kamu mandi deh mendingan. Biar Bi Sum yang nyariin. Ya kan, Bi?" Kata Kak Adit sambil menarik tanganku menuju kamar mandi.

      "Bukunya ijo, Bi. Ada gambar kelincinya," suaraku terdengar aneh karena habis menangis.

      "Iya, Non. Bibi cariin. Itu seragamnya udah di gantung ya, Non," kata-kata Bi Sum menenangkanku. Tidak ada yang benar-benar hilang saat Bi Sum mencarinya. Aku menyambar handukku dan masuk ke kamar mandi secepat kilat.

TaeKwonDo Love StoryWhere stories live. Discover now